ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّكَ لَا تَهْدِيْ مَنْ اَحْبَبْتَ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهْدِيْ مَنْ يَّشَآءُ ۗ وَهُوَ اَعْلَمُ بِا لْمُهْتَدِيْنَ
innaka laa tahdii man ahbabta wa laakinnalloha yahdii may yasyaaa, wa huwa a'lamu bil-muhtadiin
"Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk." (QS. Al-Qasas 28: Ayat 56).
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan taufik-Nya kepada setiap manusia, sehingga dapat mengarungi kehidupan ini hanya mengharap Karunia dan Ridlo-Nya.
Sholawat dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi dan rasul penutup, semoga kita dapat mengikuti jejak langkah beliau, dan dicatat Allah sebagai hamba dan umat yang senantiasa mendapat petunjuk yang lurus aamiin.
Hidayah atau petunjuk merupakan bukti maha kekuasaan Allah Swt terhadap hamba-Nya. Hidayah akan datang tentunya juga bergantung pada kehendak-Nya dan akan diterima oleh hamba yang dikendaki- Nya.
Allah Swt mengingatkan Nabi Muhammad dan seluruh umatnya bahwa tidak ada manusia yang mampu mendatangkan hidayah kecuali Allah Sang Maha Membolak-balikkan hati.
Hidayah keislaman merupakan hak prerogatif Allah Swt. Siapapun tidak akan bisa memberi hidayah kecuali Allah. Sekalipun para Nabi dan rasul tidak diberi kewenangan dalam hal ini. Para Nabi dan rasuk hanya menunjukkan jalan, memberikan mencerahan, dan mengajarkannya bagaimana mendapat hidayah petunjuk keislaman.
Dalam sebuah kisah disebutkan bahwa Rasul Nabi Muhammad menginginkan pamannya memeluk Islam ternyata tidak mampu mengislamkannya. Apalagi manusia biasa, namun demikian jika Allah Swt menghendakinya untuk memberi hidayah keislaman maka jalannya menjadi mudah melalui berbagai cara Allah Swt menunjukkannya terkadang juga tak terduga datangnya.
Dalam QS. al-Qasas ayat 56, Allah Swt berfirman yang artinya: "Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah Swt memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
Setiap manusia sangat memerlukan hidayah/ petunjuk untuk menjalani kehidupannya. Hidayah yang sering diartikan sebagai bentuk kesadaran seseorang untuk menjadi pribadi yang lebih salih dan baik dalam hidupnya.
Dalam konteks ini, hidayah dikelompokkan dalam tiga tingkatan. Pertama, hidayah insting yang telah diberikan Allah Swt, bahwa saat pertama kali manusia keluar dari kandungan. "Ketika lahir sudah ada satu hidayah yaitu insting menangis, padahal tidak ada yang mengajari ia menangis. Tangisan seorang bayi sebagai sarana untuk mengkomunikasikan kepada orang tuanya, apakah ia sakit, dingin, lapar dan sebagainya.
Kedua, hidayah panca indra, Allah memberikan agar manusia mampu melihat, mendengar, dan lain sebagainya. Ketetapan yang ditetapkan Allah Swt melalui batas kemampuan pancaindra, sebagai bukti kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Selain itu, pancaindra juga dapat menjadi jalur masuknya petunjuk-petunjuk Allah Swt yang lain.
ketiga hidayah akal yang diibaratkan sebagai karunia Allah bagi manusia. Adanya akal, mampu membantu manusia memilih antara yang benar dan salah. Akal pula yang membedakan derajat ma nusia dengan makhluk lainnya, karena melalui akal manusia diberikan kesempatan untuk lebih menggali segelintir dari maha besarnya kekuasaan Allah Swt.
Semoga Allah Swt senantiasa memberikan hidayah atau petunjuk setiap langkah kita, kegiatan kita, baik dalam bermua'amalah ataupun dalam beribadah, dan jangan lupa kita senantiasa memohon berdoa kepada Allah Swt agar diberikan pentunjuk-Nya setiap langkah-langkah kita untuk menuju pada kebenaran agama Allah Swt sebagai sarana menuju karunia Allah dan kelak menuju surga-Nya Allah Swt. aamiin.
Oleh: Dr. KH. Mukh Nursikin,. M. SI
Dosen Pascasarjana UIN Salatiga/ Pengasuh PP Annur Modern Pabelan Kab. Semarang.
Editor : Muhamad Andi Setiawan