Arab Saudi adalah rumah bagi dua tempat paling suci Islam, Makkah dan Madinah, dan keluarga Kerajaan Arab Saudi bertanggung jawab atas perwalian mereka dan memfasilitasi ziarah keagamaan di sana.
Dolkun Isa, presiden Kongres Uighur Sedunia atau WUC yang berbasis di Munich, Jerman, mengatakan China tidak hanya melakukan genosida terhadap Muslim Uighur, tetapi juga telah menyatakan perang terhadap Islam.
“Benar-benar tidak dapat diterima bahwa para pemimpin dunia Muslim akan duduk dengan diktator China di panggung yang sama dan hanya berbicara tentang bisnis dan kerja sama dengan menutup mata terhadap serangan China terhadap Islam,” katanya kepada Radio Free Asia (RFA).
Gheyyur Qurban, direktur kantor WUC di Berlin mengatakan negara-negara seperti Arab Saudi dan Iran tidak hanya tetap diam atas genosida Uighur, tetapi juga mendukung posisi pemerintah China, bahkan di PBB dengan mengorbankan sesama Muslim Uighur.
“Sangat mengecewakan melihat para pemimpin Saudi yang mengaku sebagai Pelindung Dua Kota Suci [Islam] menerima Xi Jinping, pelaku utama genosida Uighur, dengan upacara sombong dan mengizinkannya mengadakan pertemuan puncak dengan para pemimpin Timur Tengah untuk memperluas infiltrasi dan pengaruh China di jantung dunia Islam,” katanya kepada RFA.
China adalah mitra dagang utama Arab Saudi, dan kerajaan itu berfungsi sebagai sumber penting minyak mentah bagi China.
WUC, salah satu penandatangan pernyataan lebih dari 50 kelompok Uighur, juga meminta otoritas Saudi untuk tidak memulangkan empat warga Uighur yang ditahan di sana kembali ke China, dengan mengatakan ekstradisi mereka akan melanggar prinsip internasional non-refoulement.
Praktik tersebut melarang negara yang menerima pengungsi atau pencari suaka untuk mengembalikan mereka ke negara di mana mereka kemungkinan besar akan menghadapi penganiayaan.
Polisi Arab Saudi menangkap dua pria Uighur yang berasal dari Xinjiang pada November 2020 saat mereka berada di negara tersebut karena alasan agama.
Penangkapan diduga dilakukan setelah Kedutaan Besar China di Arab Saudi meminta ekstradisi mereka.
Otoritas Saudi juga menangkap Abula Buheliqiemu dan putri remajanya di dekat Makkah Maret lalu. Pihak berwenang memberi tahu keempatnya bahwa mereka menghadapi deportasi ke China.
Editor : Muhammad Andi Setiawan