ALLAH Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا كَا نَ الْمُؤْمِنُوْنَ لِيَنْفِرُوْا كَآ فَّةً ۗ فَلَوْلَا نَفَرَ مِنْ كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَـتَفَقَّهُوْا فِى الدِّيْنِ وَ لِيُنْذِرُوْا قَوْمَهُمْ اِذَا رَجَعُوْۤا اِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُوْنَ
wa maa kaanal-mu-minuuna liyangfiruu kaaaffah, falau laa nafaro ming kulli firqotim min-hum thooo-ifatul liyatafaqqohuu fid-diini wa liyungziruu qoumahum izaa roja'uuu ilaihim la'allahum yahzaruun
"Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari setiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya jika mereka telah kembali agar mereka dapat menjaga dirinya." (QS. At-Taubah 9: Ayat 122)
Kata Santri, begitu di dengar pasti pemahamannya adalah mereka yang belajar di pondok pesantren. Santri pada umumnya didefinisikan sebagai seseorang yang belajar di pondok pesantren yang mendalami ilmu agama, tauhid, fiqih, tasawuf, akhlak dan lainnya. Namun, definisi itu kini telah mengalami perluasan makna yang mengartikan santri tidak hanya terbatas pada definisi itu. Melainkan santri ialah seorang muslim yang ikut dan patuh terhadap dawuhnya kyai dan memiliki semangat yang sama layakya santri. Ciri utama santri biasanya adalah mereka yang selalu dalam keseharian memakai kopyah (peci) dan idententik dengan sarung yang melekat dalam dirinya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan