Berdasarkan perpaduan tersebut, manusia sebagai makhluk sempurna yang memiliki kemulian dibandingkan dengan makhluk lainnya, manusia dapat melakukan berbagai jenis aktivitas dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan nilai-nilai Ilahiyah (ketuhanan) sehingga manusia diberikan amanat oleh Allah Swt sebagai khalifah.
Kemuliaan manusia ketika menggunakan akal dan hatinya dapat mencapai derajat takwa. Derajat golongan yang memiliki keimanan, ketaatan, mawas diri, ilmu, dan tentunya juga akhlak atau adab. Karakter mulia berkumpul dalam manusia yang yang disebut takwa. Manusia takwa adalah manusia yang sudah mencapai prestasi ilmu, iman dan adab yang mulia yang mencerminkan prilaku Ilahiyah dalam hidupnya.
Kemuliaan manusia itu adalah dengan adab (budi pekerti) yang baik yang selalu terinternalisasi dalam diri, bukan kemulyaan itu diraih dengan sebab nasab atau silsilah keluarga (الشَّرَفُ بِالأَدَبِ لاَ بِالنَّسَبِ). “Membanggakan nasab, dipanggil gus karena anaknya kiai, dipanggil sultan karena anaknya orang kaya, dipanggil raden karena anaknya bangsawan dan masih banyak lagi, kalau tidak punya adab (akhlak mulia), berperilaku tanpa aturan agama, membanggakan diri, apalagi tanpa capaian prestasi, justru membuat malu keluarga (nasab).
Rosulullah Saw. adalah manusia mulia. Beliau telah mengajarkan akhlak mulia (adab) yang tiada tandingannya untuk kita teladani dan kita ikuti. Marilah kita contoh aklak dan adab Rasulullah Saw. Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah Swt yang istiqomah mengikuti petunjuk Allah Swt dan Rasulullah Saw dalam memelihara akhlak mulia di dalam diri kita, sehingga akan tercermin manusia- manusia mulia dan dirahmati Allah Swt. Aamiin yaa Robbal ‘aalamiin.
Oleh: Dr. H. Mukh Nursikin, M. Si.
(Dosen Pascasarjana UIN Salatiga, pengasuh PP Annur pabelan Kab Semarang).
Editor : Muhammad Andi Setiawan