Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاِ ذْ قَا لَ رَبُّكَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ جَا عِلٌ فِى الْاَ رْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَا لُوْۤا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَآءَ ۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَـكَ ۗ قَا لَ اِنِّيْۤ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi." Mereka berkata, "Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 30).
Dalam Alqur'an, Allah Swt menyebut manusia dengan beragam istilah, diantaranya adalah Annaas ada sebanyak 241 (dua ratus empat puluh satu) kali dalam alQur’an, bani Adam disebutkan tujuh (7) kali dalam al-Qur’an, kata al-insan sebanyak 65 (enam puluh lima) kali, Al-ins se banyak 18 (delapan belas) kali, dan kata Basyar sebanyak 35 (tiga puluh lima) kali.
Kata-kata tersebut merupakan keunikan yang dimiliki manusia karena perpaduan antara dimensi fisik dan psikis yang ada dalam diri manusia. Ketika manusia mampu menuntun dirinya menuju Tuhan dengan berpedoman pada ajaran Ilahiyah, maka manusia akan menjadi makhluk mulia.
Perpaduan kedua aspek (fisik dan psikis) tersebut juga mampu membentuk manusia sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik dan buruk, mengembangan ilmu pengetahuan, dan membentuk peradaban. Kedua unsur tersebut harus membentuk harmonisasi yang sempurna dalam iman (takwa) dan amal saleh.
Editor : Muhammad Andi Setiawan