Lebaran Idul Fitri selalu dinantikan oleh masyarakat Indonesia. Umat muslim di seluruh dunia sudah terbiasa merayakan lebaran bersama-sama, termasuk di Indonesia. Tradisi pulang kampung menjadi kegiatan spesial dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan suasana lebaran.
Sudah hampir tiga tahun harus menahan diri untuk tidak pulang ke kampung halaman. Pandemi Covid benar-benar menutup semua akses bagi para perantauan.
Dalam penanggalan hijriah 1 Syawal menjadi hari kemenangan bagi umat Islam. Setelah satu bulan sebelumnya menjalankan ibadah puasa ramadan. Mereka merayakan lebaran sebagai ungkapan syukur, kebersamaan, dan menjaga tradisi budaya masyarakat.
Lebaran yang seharusnya dapat mudik, sungkem, silaturahmi, takbiran, berbagi hadiah dengan orang tua dan kerabat yang lain. Pergi berziarah kubur ke makam orang tua dan mertua.
Menjadi tidak dapat dilakukan karena larangan protokol kesehatan dan penyebaran Covid. Padahal mereka sudah sangat merindukan untuk merayakan lebaran di kampung halaman. Akhirnya niat yang mulia itu hanya menjadi angan-angan dan berlebaran di kampung halaman harus tertunda kembali.
Sejak Presiden Joko Widodo resmi memberikan izin pelaksanaan mudik lebaran pada hari raya Idul Fitri 1443 Hijriyah tahun 2022. Hal tersebut dikarenakan saat ini jumlah kasus Covid-19 di Indonesia semakin menurun.
Walaupun harus dengan syarat sudah mendapatkan dua kali vaksin dan sekali booster serta tetap menerapkan prokes yang ketat. Hal ini tetap disambut bak angin segar oleh masyarakat Indonesia, terutama bagi para perantauan. Masyarakat kelihatan antusias memenuhi stan antrean untuk mendapatkan vaksin dan juga booster.
Berbagai kegiatan sudah dirancang saat, mulai nyekar, bertemu dengan keluarga, temu alumni, dan berkunjung ke rumah saudara. Lebaran merupakan momen melepas rindu terutama bagi para perantauan setelah sekian lama tidak dapat mudik. Pulang kampung menjadi sebuah keharusan. Perjalanan panjang, macet, panas dan hujan bukanlah sebuah hambatan. Hal itu menjadi cerita menarik tersendiri selama perjalanan.
Para perantauan sudah mempersiapkan bekal mudik beberapa hari sebelumnya. Mulai dari baju baru, snack lebaran, dan oleh-oleh yang akan diberikan kepada orang tua. Semua benar-benar dipersiapkan, bahkan beberapa hari sebelumnya sudah berburu jasa penukar uang baru. Uang itu akan digunakan untuk mengisi amplop yang akan dibagikan kepada beberapa sanak saudara di rumah.
Persiapan lebaran di rumah tidak kalah meriahnya. Tradisi membuat kue dan aneka jajanan sudah melekat dan menghiasi suasana menjelang lebaran. Menyembelih ayam dan membuat ketupat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam menyambut lebaran. Ayam akan digunakan sebagai pelengkap saat makan ketupat. Orang Indonesia menyebutnya dengan opor ayam. Hal ini untuk menyambut kembalinya lebaran dan keluarganya yang dalam perantauan.
Bagi perantauan sudah tiga tahun ini lebaran bagaikan metaverse. Hanya dapat dilakukan melalui media internet. Metaverse adalah suatu teknologi yang digunakan individu untuk berinteraksi dengan individu lainnya secara virtual. Anak tidak dapat berlebaran dengan orangtuanya dan begitu sebaliknya.
Orang tua juga tidak dapat bertemu dengan anak dan cucu-cucunya. Cerita orang tua tentang menyembelih ayam, membuat ketupat, dan memasaknya menjadi opor ayam hanya sebuah cerita melalui pesan singkat whatsapp atau melalui video call. Belum lagi apabila rumah merupakan daerah pesisir atau pegunungan. Hal itu akan menyulitkan dalam berkomunikasi dengan orang tua dan saudara di kampung.
Sebuah kebahagiaan dan kegembiraan dapat merayakan lebaran bersama keluarga di kampung halaman. Pada dasarnya lebaran adalah momen bertemu, berkumpul, melepas rindu, waktu untuk rehat dan bersilaturahmi bersama keluarga, memohon maaf, saling memaafkan, serta berkunjung dan saling mengunjungi saudara di kampung halaman merupakan bagian dari tradisi lebaran yang melegenda dalam masyarakat Indonesia.
Sangat berbeda rasanya, apabila tidak diperbolehkan mudik. Sebuah kenikmatan semu dan suasana lebaran menjadi kurang sempurna. Maka, kembali diperbolehkannya mudik dan berlebaran tahun ini bagi perantauan disambut suka-cita oleh masyarakat. Mereka benar-benar dapat pulang kampung, sungkem, silaturahim dan menikmati ketupat opor ayam bersama keluarga di rumah. Nikmatnya lebaran dan ketupat opor ayam bukan lagi metaverse.
Oleh : Marwanto, M.Pd
Dosen Bahasa Indonesia Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan FTIK
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait