JAKARTA, iNews.id - Sejarah Rusia tidak bisa dilepaskan dari perjuangan salah satu pahlawannya, Mikhail Kutuzov. Dia adalah jenderal Rusia yang dikenal tangguh dalam pertempuran dan berhasil memukul mundur pasukan Napoleon saat invasi Prancis ke Rusia pada 1812.
Atas jasa-jasanya, namanya digunakan sebagai operasi pada Juli 1943, saat Tentara Merah melawan Pusat Kelompok Tentara Wehrmacht Jerman. Operasi Kutuzov adalah salah satu dari dua operasi Soviet utama yang diluncurkan sebagai serangan balasan melawan Operasi Citadel yang dimulai pada 12 Juli dan berakhir 18 Agustus 1943.
Mikhail Kutuzov sering mengalami kejadian berbahaya dalam pertempuran. Pada tahun 1774, saat pertempuran dengan Turki di dekat Alushta, dia luka tembak parah di kepalanya. Meski menderita luka parah di kepala dan peluru menembus mata hingga kehilangan satu mata, Kutuzov tetap bertempur.
Patung Mikhail Kutuzov di Kutuzovskaya Izba untuk memperingati jasa Jenderal Rusia itu dalam Pertempuran Borodino. (Foto: tracesofwar)
Dokter sempat berpikir dia tidak akan dapat bertahan lama, tapi tubuhnya sangat cepat pulih. Dia juga berjuang saat Perang Rusia-Turki tahun 1787–1991. Kutuzov kembali terluka parah di kepala selama pengepungan Izmail sekitar tahun 1788.
Ketangguhannya ini yang membuat Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto mengagumi Mikhail Kutuzov. Selain tangguh, Kutuzov juga dikenal dengan kecerdasannya dalam bertempur, sehingga berhasil menahan invasi Napoleon ke Rusia.
"Saya pernah membaca bahwa ketika beliau dalam pertempuran sering mengalami kejadian berbahaya. Ketangguhannya dalam bertahan hidup selama pertempuran sungguh luar biasa dan patut dicontoh," kata Prabowo dikutip iNews.id dari bukunya Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto, Rabu (9/3/2022).
Mikhail Kutuzov lahir tahun 1745 di keluarga insinyur militer. Sejak kecil, dia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sehingga banyak ilmu yang dia pelajari. Dari semua, matematika dan bahasa asing jadi ilmu yang paling disukai dan dikuasainya.
Setelah Mikhail Kutuzov memasuki Sekolah Artileri, dia cepat beradaptasi dengan lingkungannya. Dia dan menjadi salah satu murid terbaik karena kepandaiannya. Saat usianya baru 16 tahun, dia sudah menjabat sebagai ajudan Gubernur Jenderal Revel. Enam bulan kemudian, dia melanjutkan kariernya di dinas militer aktif.
Mikhael Kutuzov tidak hanya tangguh dalam pertempuran. Dia juga pernah mengambil bagian dalam urusan diplomatik dan diangkat menjadi duta besar untuk Konstantinopel. Setelah itu, dia memerintah di Finlandia dan pada 1802 menjadi Gubernur Jenderal St Petersburg.
Meskipun Marsekal Mikhail Kutuzov pernah gagal bersama pasukan Rusia dalam merebut benteng Turki di Brailov tahun 1809, dia tak menyerah begitu saja pada pertempuran selanjutnya. Ketika Rusia dan Prancis bertempur di Borodino, Pasukan Rusia terpaksa menyerahkan ibu kota Moskow.
"Namun, berkat rencana cerdasnya, Napoleon dan pasukannya kalah dan akhirnya mundur menuju wilayah selatan Rusia," kata Prabowo.
Di saat manuver mundur itulah Napoleon dilanda penderitaan terus-menerus akibat gempuran pasukan Rusia. Dia begitu tidak berdaya karena kelaparan dan suhu yang sangat dingin di bawah nol derajat Celsius. Akhirnya Napoleon kembali ke Paris. Ini menjadi pertempuran yang memalukan bagi Prancis.
Prabowo mengatakan, ada yang menyatakan bahwa Kutuzov seperti Roland dalam novel abad pertengahan yang merupakan seorang kesatria tanpa rasa takut, dan menyelamatkan Rusia dari pasukan invasi Napoleon. Berkat jasanya ini, dia dikenal sebagai pahlawan Rusia.
"Perjuangan hidupnya untuk mempertahankan tanah airnya tidaklah mudah, begitu menginspirasi dan menjadi panutan," ujarnya.
Dikutip dari Russia Beyond, Panglima Komando Rusia Jenderal Mikhail Kutuzov dan pejabat tinggi Rusia tidak mudah mengambil keputusan saat pertempuran tersebut. Mereka memperdebatkan, apakah mereka akan membiarkan musuh mereka, Napoleon Bonaparte, untuk memasuki Moskow atau tidak. Bagaimana pun, Moskow tetap dianggap kota penting meski saat itu statusnya bukan lagi ibu kota Rusia.
Pertimbangannya, menyerahkan kota Moskow kepada Prancis merupakan aib. Di sisi lain, jika memaksakan diri untuk mempertahankannya, maka akan menyebabkan penderitaan lebih lanjut. Apalagi pasukan Rusia saat itu kelelahan dan kehilangan sekitar 45.000 tentara selama Pertempuran Borodino yang berlangsung seminggu sebelumnya.
Namun, dengan banyak pertimbangan, Jenderal Mikhail Kutuzov memerintahkan pasukannya untuk mundur. Dia lebih memprioritaskan penyelamatan pasukannya dari pada mempertahankan Moskow.
Editor : Muhammad Andi Setiawan