TEGAL, iNews.id - Mahalnya harga kedelai yang semula Rp9.800 per kilogram menjadi Rp11.200 membuat para perajin tahu kelimpungan. Hingga kini belum ada tanda-tanda harga kedelai di pasaran akan turun. Padahal kenaikan harga kedelai sudah berlangsung selama sebulan.
Para perajin tahu berharap Presiden Joko Widodo segera turun tangan untuk stabilkan harga kedelai di pasaran yang tak kunjung turun. Jika kondisi ini terus berlarut-larut, tidak menutup kemungkinan para perajin tahu gulung tikar.
Julekha, salah seorang perajin tahu di Kelurahan Slerok, Kecamatan Tegal Timur mengaku tetap bertahan tetap produksi meski keuntungan yang didapat saat ini sangat tipis.
“Agar tetap bertahan, saya menyiasatinya dengan mengecilkan ukuran tahu serta menaikkan harga jualnya dari semula Rp600 per biji menjadi Rp700 per bijinya. Meski awalnya upaya ini mendapat protes dari konsumen,” katanya, Jumat (4/3/2022).
Tak hanya itu, untuk mengurangi biaya produksi yang terus membengkak, dia juga mengurangi jumlah produksi tahunya yang sebelumnya per hari mencapai 100 kilogram saat ini hanya 25 kilogram saja per hari.
“Hal ini menyesuaikan modal yang dimiliki untuk membeli bahan baku. Meski keuntungannya sangat minim, saya tidak berencana mengurangi karyawan yang berjumlah enam orang,” ujar Julekha.
Untuk memastikan kondisi perajin tahu dari dampak naiknya harga kedelai, Wakil Wali Kota Tegal Muhamad Jumadi melakukan kunjungan ke sejumlah perajin tahu dan tempe di Kota Tegal.
“Kami akan mengakomidir keluhan dan harapan para perajin tahu dan tempe dan menyampaikannya ke pemerintah pusat,” kata Jumadi.
Sementara para perajin tahu dan tempe berharap pada pemerintah terutama kepada Presiden Jokowi untuk segera turun tangan menstabilkan harga kedelai di pasaran.
Pasalnya, jika harga kedelai tak kunjung turun tidak menutup kemungkinan para perajin tahu akan menderita kerugian hingga mengancam gulung tikar.
Editor : Febyarina Alifah Hasna Nadzifah
Artikel Terkait