Cinta Bersemi di Kota Salatiga, Sayur Lodeh Hartini Jadi Panah Asmara untuk Soekarno

Muhamad Andi Setiawan
Siti Suhartini dan Soekarno,(Foto/Boombastis.com)

SALATIGA,iNews.id- Berawal dari sayur lodeh, presiden pertama Republik Indonesia Ir.Soekarno menemukan kisah asmaranya di Kota Salatiga. Siti Suhartini namanya, perempuan yang telah berhasil menembakan panah asmara kepada sang proklamator lewat sayur lodeh buatannya.

cerita berawal ketika Presiden Soekarno melakukan kunjungan kerja ke Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Tidak terlewat Kota Salatiga  menjadi salahsatu tempat tujuan kunjungan kerja tersebut. Berita kehadiran sang proklamator tersebut ternyata sudah menyebar cepat ditelinga warga Salatiga saat itu. Tak ayal, banyak warga masyarakat Salatiga dari berbagai lapisan berkumpul membanjiri Lapangan Tamansari untuk mendengarkan sambutan dari orang nomor satu di Indonesia waktu itu. Memasuki lapangan Tamansari, kedatangan Soekarno disambut oleh tepuk tangan dan sorak sorai yang membahana, dengan kompak masyarakat menyanyikan lagu

Wis Suwe Ora jamu
jamu pisan jamu kapulaga
wis suwe ora ketemu
ketemu pisan nang Salatiga

Begitu selesai menyampaikan sambutannya Presiden Soekarno singgah di kediaman Walikota Salatiga untuk beristirahat dari aktivitasnya. Aneka makanan sudah tersuguhkan dihadapan Soekarno untuk disantapnya, dari sekian banyak makanan yang tersedia, mata Soekarno tertuju pada satu menu favoritnya yaitu sayur lodeh. Dengan lahapnya sang presiden menyantap menu makan siang yang disediakan, menurutnya sayur lodeh tersebut sangat lah enak. Spontan saja presiden Soekarno bertanya siapa sang pembuat sayur lodeh yang sangat sedap tersebut.

Lewat tangan terampilnya, Hartini mampu membuat Presiden Soekarno kagum dengan masakan sayur lodehnya, sontak saja Presiden Soekarno langsung menyalami tangan Hartini yang sedang gugup karena dipuji oleh orang nomor satu di Indonesia tersebut. Ternyata cerita sayur lodeh tidak berakhir disitu saja, Soekarno merasa hatinya telah tertambat di Kota Salatiga pada seorang wanita bernama Hartini. 


Tidak membutuhkan waktu lama Soekarno mencoba untuk menyatakan perasaannya kepada Hartini. Gayung bersambut, ternyata Hartini juga menyimpan perasaan yang sama kepada sang proklamator tersebut. Jalinan cinta pun terjadi antara Jakarta dengan Salatiga, mereka memutuskan untuk mengikat jalinan kasih mereka lewat pernikahan, mereka menikah tanggal 7 Juli 1954 di Istana Cipanas.

dikutip dari Buku " Salatiga dan Orang-Orang Ternama" Hartini ternyata bukan asli orang Salatiga, Hartini lahir di Ponorogo, Jawa Timur tanggal 20 September 1924. karena kecantikannya Hartini disunting oleh Suwondo dan menetap di Salatiga. namun dalam usianya yang masih muda umur 28 tahun, Hartini sudah menjadi janda.

Sebagai seorang istri, Hartini merupakan sosok yang sangat berbakti kepada suaminya, "Kalau bapak datang, saya lepaskan sepatunya. Sambalnya harus saya yang ngulek, kalau sembahyang saya yang menggelarkan sajadahnya, pokoknya saya ingin berperan sebagai ibu, kekasih, sekaligus teman bapak." kata Hartini sesuai yang tertulis dalam buku biografinya. Dari pernikahannya dengan Soekarno Hartini mempunyai dua orang putera yaitu Taufan Soekarnoputra dan Bayu Soekarnoputra

Hartini menjadi sosok yang paling rajin menjenguk Soekarno ketika berstatus sebagai tahanan politik di Wisma Yaso, Jakarta tahun 1969-1970. Hartini sering membawakan jajanan pasar kesukaan suaminya serta setia menemani suaminya menghabiskan waktu sepanjang hari, bahkan Hartini rela menunggui suami tercintanya ketika tidur di siang hari.  kesetiaan Hartini kepada sang suami tidaklah luntur bagaimanapun kondisi suaminya, Hartini dengan penuh kasih sayang selalu menemani sang proklamator sampai akhir hayatnya, dipangkuan Hartini juga Soekarno menghembuskan nafasnya yang terakhir tanggal 21 Juni 1970.

Berawal dari pertemuannya karena sayur lodeh di Salatiga , Presiden Soekarno menemukan pendamping hidupnya yang selalu setia menemani dan mendukung setiap perjuangannya untuk memajukan Indonesia sampai akhir nafasnya berhembus. Sebuah kisah tentang perjuangan dan kesetiaan yang akan selalu terkenang dihati masyarakat Indonesia khususnya Salatiga.

Editor : Muhammad Andi Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network