Meneladani dan mengambil pelajaran dari ulama besar Indonesia paling tidak akan melahirkan 3 macam cinta, pertama: cinta terhadap ilmu, kedua: cinta terhadap adab atau akhlak dan yang ketiga : cinta tanah air.
Di Indonesia ada beberapa ulama besar yang perlu diteladani seperti KH. Abdurrahman Wahid atau yang sering dipanggil Gus Dur. Gus Dur sendiri pernah menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke-4 dan juga sebagai ketua Umum Pegurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama 3 periode yaitu mulai tahun 1984-1999.
Menurut Greg Barton dalam bukunya yang berjudul Biografi Gus Dur The Authorized Biografhy Of Abdurrahman Wahid, Gus Dur adalah pemimpin yang bersahaja dan pemimpin yang menonjol serta seorang individu yang sangat kompleks, karena memang dalam diri Gus Dur terdapat sesuatu yang lebih daripada sekedar apa yang kasat mata dan tidak bijaksana apabila memahami apa yang diucapkannya secara harfiah. Sering kali, apa yang diucapkannya bukanlah apa yang diketahuinya, melainkan apa yang diinginkannya sebagai sesuatu yang benar.
Gus Dur juga dikenal sebagai bapak bangsa yang bijaksana, semangat, pemberani dan konsisten dalam memperjuangkan kemanusiaan, membela kaum minoritas, kaum marjinal dan menentang segala bentuk penindasan dan kekerasan di muka bumi.
Sebagai seorang kyai, negarawan dan politisi yang lahir dari rahim pesantren rupanya Gus dur mempunyai prinsip hidup yang sangat fenomenal yaitu "kemanusiaan lebih penting daripada politik". Mengedepankan atas nama kemanusiaan itulah prinsip utama Gus Dur. Bahkan di makam gus dur itu tertulis هنا يستلقي بطل من أبطال الإنسانية Here rests a humanist (di sini berbaring seorang pejuang kemanusiaan).
Manusia dan kemanusiaan adalah fokus pikiran dan perhatian utama Gus Dur, sebagaimana yang disampaikan KH. Husein Muhammad dalam bukunya yang berjudul Samudra Kezuhudan Gus Dur, Ia Mengatakan bahwa Gus Dur adalah manusia yang mencintai manusia apapun latar belakangnya, wajib dilindungi hak-hak dasarnya.
Gus Dur sering menyebut lima hak dasar manusia yang harus dilindungi dan diselamatkan. Lima hak dasar manusia antara lain: hifzh al-din (hak beragama), hifzh an-nafs (hak hidup), hifzh al-aql (hak berpikir), hifzh al-ardh wa al-nasl (hak atas kehormatan tubuh dan kesehatan reproduksi) dan hifzh al-mal (hak kepemilikan atas harta atau benda).
Kemanusiaan bersumber dari pandangan ketauhidan bahwa manusia adalah mahluk Tuhan paling mulia yang dipercaya untuk mengelola, merawat dan memakmurkan bumi atau sebagai khalifah fil ard.
Kemanusiaan merupakan manifestasi dari sifat-sifat ketuhanan. Manusia merupakan citaan Allah yang paling baik dan kemuliaan yang ada dalam diri manusia mengharuskan sikap untuk saling menghargai (tasamuh), saling menyayangi (tarahum) dan saling memuliakan (takarum).
Memuliakan manusia berarti memuliakan penciptanya, demikian juga mafhum mukholafahnya (pemahahaman kebalikannya ), merendahkan dan menistakan manusia berarti merendahkan dan menistakan Tuhan Sang Pencipta. Dengan pandangan inilah, Gus Dur membela kemanusiaan di manapun dan kapanpun berada dengan tanpa syarat.
Melakukan kebaikan kepada siapa saja tanpa melihat latar belakang dan aksesoris yang dipakainya merupan prinsip utama gus dur dalam kehidupan. Gus Dur kerap mengingatkan kita semua agar kita tidak menanyakan asal-usulnya, baik itu suku , etnis, maupun agamanya. "Tidak penting apa Agama atau Suku Anda. Jika Anda dapat melakukan hal-hal yang baik bagi semua orang, Anda tidak akan pernah ditanya apa Agamamu”.
Beberapa contoh kecil kemanusiaan yang diperjuangkan Gus Dur dalam kehidupannya misalnya: membela kaum wanita menjadi pemimpin dan memperjuangkan hak-hak orang yang diperlakukan tidak adil dan tidak bijaksana, seperti orang-orang cina, korban keluarga PKI Dan DI/TII Kartosuwiryo, bahkan Gus Dur yang membela Abu Bakar Ba’syir di saat pemerintah akan menutup pesantren Ngruki Solo.
Bahkan Gus Dur dalam bukunya Tuhan tidak perlu dibela, pernah membela tekait adopsi yang pada saat itu ramai-ramai menolak adopsi khususnya para juru bicara islam (cendikiawan muslim, ustadz), Gus Dur melontarkan beberapa pertanyaan kemanusiaan, seperti ; apakah islam tidak mau tahu nasib orang-orang yang menderita karena tidak memiliki anak? Atau apakah tidak kasihan melihat bayi-bayi yang tidak akan terangkat nasibnya tanpa diambil oleh orang yang bernasib lebih baik?.
Inilah hanya potrait atau contoh kecil dari berbagai macam contoh kemanusiaan yang diperjuangkan oleh Gus Dur, karena memang sejatinya itulah perintah agama bahwa nilai-nilai kemanusiaan harus dijadikan fondasi dalam semua lini kehidupan. Semoga kita semua bisa meneladani dan mengamalkan nilai kemanusiaan yang telah dipraktekan oleh Gus Dur, sang ulama bangsa Indonesia. Aamiin, Untuk Gus Dur, al-fatihah.
oleh : M. Munawar Said, M.Pd
Dosen IAIN Salatiga dan Pengasuh Pesantren Online Tashfiyatul Qulub,
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait