SALATIGA,iNewsSalatiga.id - Untuk memperingati hari lahir ( Harlah) Nahdlatul Ulama (NU) yang sudah berusia satu abad, Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Salatiga bekerja sama dengan Pemerintah Kota Salatiga mengadakan acara jalan sehat sarungan pada Sabtu, (04/02/2023) yang dimulai di Gedung DPRD Kota Salatiga.
Acara jalan sehat sarungan ini diikuti oleh ribuan peserta yang terdiri dari berbagai kalangan masyarakat seperti santri pondok pesantren, santri madrasah diniyah, siswa sekolah dan masyarakat umum Kota Salatiga lainnya.
KH Drs. Zaenuri sebagai Ketua PCNU Kota Salatiga mengungkapkan dalam acara Harlah 1 Abad NU ini PCNU Kota Salatiga mengambil tema besar "Jalan Sehat Sarungan". Tema ini diambil sebagai upaya untuk melestarikan budaya berbusana khas dari Nahdlatul Ulama yang juga terkenal dengan sebutan kaum sarungan.
"Sejak berdirinya, Nahdlatul Ulama (NU) terus memberdayakan masyarakat pinggiran dan pedesaan yang sering memakai sarung, KH Hasyim Asyari dan seluruh pendiri NU saat itu berfokus mendidik masyarakat tingkat bawah di pedesaan dengan pola pendidikan pesantren. Santri itu ciri khasnya memang sarungan, itu murah dan serba guna, maka lewat acara jalan sehat sarungan ini harapannya dapat melestarikan budaya berbusana khas NU yaitu sarunga" Ucap KH Drs. Zaenuri.
Dengan umur dari organisasi Nahdlatul Ulama yang sudah mencapai 1 abad dan masih eksis sampai sekarang, PCNU Kota Salatiga memiliki harapan besar Nahdlatul Ulama dapat ikut berkontribusi merawat dan membangun peradaban di Indonesia khususnya di Kota Salatiga.
Untuk kedepannya PCNU Salatiga akan berkoordinasi dengan lembaga dibawahnya untuk bergerak melestarikan lingkungan di seluruh wilayah Salatiga. Selai itu juga ikut merawat dan mendukung budaya-budaya serta kearifan lokal sehingga terwujudnya perdamaian.
" Merawat jagat dan membangun peradaban itu program besar dari kita, jadi kita akan fokus melestarikan lingkungan di seluruh wilayah serta ikut membangun peradaban dengan Islam ahlusunnah wal jama'ah yang tasamuh, tawasuth dan tawazun atau moderat toleran dan akomodatif. sehingga budaya lokal dan kearifan lokal bisa kita hormati tanpa memusuhi bahkan kita ikut juga dalam merawatnya" tutup KH Drs. Zaenuri
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait