PEREMPUAN diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, ada bagian dari tulang rusuk itu yang bengkok istilah ini dapat dikatakan bahwa perempuan mempunyai sisi lembut dan sisi perasa yang membuat perempuan lebih sering menggunakan hatinya daripada pikirannya. Berbicara tentang hati, perempuan dan laki-laki memang sudah ditakdirkan menjadi pasangan, pelengkap satu sama lain.
Tetapi apakah kita sadar? bahwa perempuan dan laki-laki dapat menjadi penghancur satu sama lain. Perempuan dalam mencintai dan menyayangi laki-laki itu tulus begitu juga sebaliknya laki-laki juga tulus dalam mencintai dan menyayangi perempuannya. Tetapi, apakah kita semua para perempuan sudah sadar? Jika sebuah perpisahan itu terjadi pihak perempuan yang terkadang menjadi pihak yang paling terpuruk.
Pada saat menjalin hubungan seorang laki-laki memuji pasanganya, menjadikannya satu-satunya, menjadikannnya 'rumah' bahkan kalimat-kalimat yang dikatakan mampu menyakinkan perempuan bahwa "kamu adalah perempuan yang selama ini aku cari, aku bersyukur bisa bertemu perempuan seperti kamu". Kembali lagi kepada perempuan yang selalu menggunakan hatinya daripada pikirannya, perempuan mana yang tidak luluh dengan kalimat tersebut, perempuan mana yang tidak menaruh harapan kepada laki-laki dengan kalimat seperti itu.
Perlu disadari bahwa hal ini bisa termasuk kedalam "Kekerasan Verbal" yang tidak disadari oleh perempuan dalam menjalin sebuah hubungan, kekerasan verbal yang dimaksud dalam hal ini termasuk kedalam kekerasan verbal dalam bentuk simbolik yaitu eufemisme atau penghalusan kata.
Lalu muncul pertanyaan, kenapa kalimat pujian bisa masuk kedalam kekerasan verbal? Seorang perempuan yang mendengar kalimat itu dari seorang laki-laki yang dicintai dan disayangi olehnya dapat menjadi sebuah harapan untuk perempuan dan jika harapan ini tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi akan menjadi efek negative bagi diri perempuan tersebut.
Ketika apa yang dijadikan sebuah pengharapan tidak sesuai dengan kenyataan maka yang terjadi adalah perempuan kehilangan segala pengharapan yang ada dalam dirinya, terkait dengan orang yang selama ini dianggap 'rumah', perempuan yang kehilangan pengarapan itu akan merasa sendirian, merasa gagal, merasa dirinya buruk, merasa dirinya banyak kekurangan sehingga membuat tergangunya mental seseorang atau mental illness, hal ini sering disebut gangguan kesehatan mental yang mengacu dengan berbagai kondisi yang memengaruhi pikiran, perasaan, suasana hati, atau perilaku seseorang, kondisi ini bisa terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama.
Hal yang tidak disadari selama ini semua tercipta karena eufemisme atau penghalusan kata, bahwa kalimat yang keluar dari seorang yang mungkin tidak pernah terlintas dipikirannya akan menjadi bagian dari rusaknya mental tersebut.
Mental seorang perempuan itu paling terganggu saat perpisahan yang tidak dikehendakinya terjadi, perempuan harus sadar bahwa bukan kekerasan fisik saja yang berbahaya, bahkan kekerasan verbal dampaknya lebih mengerikan untuk masa depan dapat menimbulkan traumatis dari kejadian tersebut. Kekerasan verbal berupa kalimat-kalimat halus, kalimat-kalimat manis, kalimat-kalimat pengharapan yang diucapkan akan menjadi bumerang untuk diri seorang jika sudah terlalu larut dalam semua yang keluar dari mulut manisnya.
Jika seorang laki-laki yang mengatakan tersebut dapat mempertanggungjawabkan semua itu mungkin dampaknya akan positif dalam kehidupan perempuan, namun jika tidak hal itu akan berdampak sebaliknya menjadi dampak negative. Mental seorang perempuan dapat tergangu dengan penghalusan kata itu, yang tidak pernah disadari oleh perempuan, bahkan tidak pernah terbayangkan jika kalimat manis dapat menjadikannya trauma akan hal tersebut, jika terjadi dalam hidupnya setelah mentalnya tergangu.
Perempuan memang memiliki latar belakang yang berbeda-beda, tetapi dalam hal rasa perempuan bisa mencintai dan menyayangi dititik terdalam hati yang paling tulus. Perlu disadari juga untuk para laki-laki, jika merasa belum siap untuk melabuhkan perasaan kepada seorang perempuan jangan diberi harapan setinggi langit dan perempuan juga harus sadar bahwa jangan menempatkan harapan kepada sesorang yang bisa pergi kapan saja bahkan dia bisa pergi hanya dengan kata "maaf". Seperti Ali bin Abi Thalib pernah berkata "aku pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup. Namun, tiada yang lebih pahit selain berharap kepada manusia".
Perempuan bisa mengatasi semua ini sebelum terjadi lebih jauh dalam kehidupannya, perempuan bisa memilih yang baik dan buruk untuk dirinya, perempuan bisa lebih open minded, menggunakan logikanya dan mensinkronkan antara pikiran dan hati.
Karena perintah dalam Al-Qu'ran itu jelas dalam potongan beberapa ayat "Afala Yatadabbarun" (apakah kalian tidak memikirkan?" “Afala Tatafakkarun” (apakah kamu tidak memikirkan), “Afala Ta’qilun”,(apakah kamu tidak menggunakan akalmu). Jadi perintah Allah saja sudah jelas manusia harus menggunakan akalanya terlebih dahulu, ini berarti perempuan harus lebih open minded sehingga hal ini dapat menjadi pencegahan terjadinya kekerasan verbal eufemisme terhadap perempuan.
Oleh : Salmaa Al Zahra Ramadhani
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait