JAKARTA,iNews.id - Dalam perkembangan dan pertumbuhan anak, Seto Mulyadi alias Kak Seto meyakini orang tua memiliki peranan penting. Entah itu ayah atau ibu, harus berada di rumah ketika salah satunya bekerja.
Prinsip inilah yang kemudian meneguhkan niat Kak Seto mengajak Deviana menikah. Ia menemukan sosok istri idaman di dalam diri perempuan muda berusia 18 tahun yang dipacarinya itu. Kak Seto mendambakan istri yang mencurahkan 100% pikirannya untuk keluarga.
"Anak akan berkembang baik jika diawasi salah satu orang tua. Kalau saya yang berkarier, ibunya di rumah atau sebaliknya, jika ibunya berkarier, saya yang di rumah," kata Kak Seto dalam buku Love Story Kisah Cinta Tokoh-Tokoh Terkemuka yang diterbitkan Harian Seputar Indonesia (2009), dikutip, Minggu (4/9/2022).
Kak Seto terkesan dengan sosok Deviana sejak awal berjumpa. Waktu itu, pria kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 28 Agustus 1951 tersebut bekerja bekerja di Radio Prambors. Ia membawakan acara Sarseto Show bersama Sarlito Wirawan yang membahas seputar permasalahan remaja. Pada 26 Agustus 1986, Deviana, perwakilan dari SMA 7 Jakarta, hadir sebagai tamu Sarseto Show.
Meski baru duduk di bangku kelas 3 SMA, tapi pembawaan Deviana membuat Kak Seto tertarik.
"Ibu (Deviana) ngomongnya cukup baik. Saya pikir cerdas juga ini orang. Menariklah waktu itu. Secara fisik juga oke," kata Sarjana Psikologi Universitas Indonesia (UI) ini.
Interaksi selama satu jam dalam Sarseto Show telah mampu meyakinkan hati Kak Seto untuk segera melakukan pendekatan kepada Deviana. Ia pun menawarkan diri untuk mengantarkan gadis cantik itu pulang ke rumah. Untuk memuluskan niatnya, Kak Seto mengaku akan menghadiri rapat di Universitas Tarumanegara yang tak jauh dari tempat tinggal Deviana.
Namun tawaran itu bertepuk sebelah tangan. Deviana menolak tawaran Kak Seto. "Mana ada rapat malam-malam, lagian saya baru kenal," kata Deviana yang mengaku curiga dengan tawaran itu.
Penolakan itu tak membuat Kak Seto menyerah. Ia tetap berusaha memastikan Deviana sampai dengan selamat dengan menelepon ke rumah. Pencipta karakter Si Komo yang terkenal di awal 1980-an itu sempat khawatir karena sampai dua kali dirinya menelepon, Deviana belum juga sampai ke rumah.
Padahal gadis yang telah mencuri hatinya itu telah meninggalkan studio radio pada pukul 17.00 WIB, sedangkan waktu itu sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB. Kak Seto kembali menelepon ke rumah Deviana untuk ketiga kalinya. Ia pun merasa lega karena sang pujaan hati telah sampai dan mendapat penjelasan mengapa terlambat sampai di rumah.
Orang yang mengantarkan Deviana dari studio radio menyelesaikan urusan terlebih dahulu di Jakarta Theater, sehingga terlambat pulang. "Karena nebeng orang, ya terpaksa harus nunggu," kata Deviana menjelaskan.
Kak Seto mendapatkan momentum untuk bisa menjadi orang terdekat Deviana dua hari setelah perjumpaan pertama. Deviana meneleponnya karena ingin mendaftarkan saudaranya menjadi anggota Nakula Sadewa, yayasan anak kembar yang dikelola Kak Seto.
Tak disia-siakan, Kak Seto lalu meminta Deviana untuk mengambil langsung formulir. Kebetulan hari itu merupakan hari ulang tahun Kak Seto. "Kamu tahu hari ini kan hari ulang tahun saya. Kita makan bersama yuk," ajak pria yang dikenal dengan potongan rambut belah pinggir tersebut.
Deviana menyambut ajakan itu dengan hati berbunga-bunga. Apalagi orang tuanya juga memberikan izin dirinya keluar makan malam dengan Kak Seto. Bertempat di Hotel Mandarin, makan malam itu terasa romantis. Kak Seto yang telah jatuh cinta sejak perjumpaan pertama langsung menyatakan keinginan untuk berpacaran dengan Deviana.
"Saya bilang kita jalani aja dulu," kata Deviana yang berarti menyambut cinta Kak Seto. Perbedaan usia yang cukup jauh tak menghalangi keduanya menjalin ikatan cinta.
Deviana yang rajin menonton acara Taman Ria Anak-Anak di TVRI melihat Kak Seto sebagai sosok guru yang baik. Sebagai seorang gadis ia menyukai pria matang. Deviana yang yatim sejak SMP mendapatkan figur ayah dalam diri kekasihnya itu.
Gaya berpacaran Kak Seto dan Deviana berbeda dengan orang umumnya. Kak Seto sering mengajak Deviana ikut dalam kegiatan bersama anak-anak. Tak hanya di Jakarta, Deviana ikut hingga ke pelosok-pelosok. Selain untuk mengetahui kepribadian sang pujaan hati, kegiatan bersama anak-anak juga dijadikan sarana Kak Seto mengajari Deviana tentang gambaran hidup susah.
Selepas SMA, Deviana lalu diarahkan Kak Seto untuk kuliah di Universitas Tarumanegara. Tak hanya mengarahkan, Kak Seto juga membantu administrasinya. Bahkan, peraih The Golden Balloon Award dari World Children’s Day Foundation & Unicef (1989) ini mengupayakan Deviana masuk kuliah tanpa mengikuti kegiatan Masa Prabakti Mahasiswa (Mapram).
"Cinta itu simpati karena ketertarikan, ingin sharing, saling percaya, ingin saling berkorban, itulah makna cinta," ujar Kak Seto.
Satu tahun pacaran sudah cukup bagi Kak Seto untuk melangkah ke jenjang selanjutnya. Ia pun mengajak Deviana menikah. Tanpa ragu, Deviana bersedia membangun rumah tangga dengan Kak Seto. Kematangan kekasihnya telah membuat Deviana tak bisa pindah ke lain hati.
"Allah Maha Baik. Dia mengabulkan harapan-harapan saya," kata Deviana.
Keinginan menikah juga mendapat restu kedua keluarga. Saking senangnya, Kak Seto kemudian bernazar dirinya akan mendongeng di hadapan anak yatim piatu pada hari pernikahan. Tepat pada 10 Januari 1988, hari bahagia itu tiba. Kak Seto dan Deviana mengucapkan ijab kabul pernikahan di Masjid Sunda Kelapa dilanjutkan dengan resepsi di rumah Deviana dengan adat Jawa.
Kak Seto dan Deviana tak melupakan nazarnya. Keduanya menanggalkan baju pengantin meninggalkan pesta pernikahan menuju Panti Asuhan Muslimin di Kramat Raya. Orang tua, keluarga, dan tamu undangan pun dibuat bingung karena ditinggalkan begitu saja.
Tak lama setelah menikah, doa Kak Seto ingin segera memiliki momongan dikabulkan. Deviana hamil. Kak Seto gembira mengetahuinya mengingat usianya sudah 36 tahun. Kak Seto lalu mengajukan izin cuti kuliah untuk sang istri. Meski hamil, Deviana setia mendampingi Kak Seto melakukan kegiatan sosial.
Suatu waktu, Deviana terpaksa menyeberangi sungai dengan air sebatas pinggang, ketika menemani sang suami mengunjungi anak-anak kembar di daerah yang sulit dijangkau. Anak sulung Kak Seto dan Deviana akhirnya lahir. Berjenis kelamin perempuan dan diberi nama Eka Putri Duta Sari.
Setelahnya juga lahir anak-anak buah cinta Kak Seto-Deviana, yakni Bimo Dwi Putra Utama, Shelomita Kartika Putri Maharani, dan Nindya Putri Catur Permatasari. Ada kebiasaan unik dalam keluarga Kak Seto dan Deviana. Secara periodik keduanya menggelar sidang umum MPR (Majelis Permusyawaratan Rumah).
Di momen ini keluarga berkumpul untuk mengobrol tentang apa saja. Orang tua bisa menyampaikan kritik kepada anak dan sebaliknya, anak boleh mengkritik orang tua. "Kami mencoba untuk bisa demokratis. Saya pernah mengarang buku Anakku Sahabatku dan Guruku.
Anak itu sebagai sahabat tapi juga pengajar untuk hal-hal yang biasa kita lupa, khususnya kebesaran jiwa untuk memaafkan," kata Kak Seto. Hal lain yang jadi kebiasaan Kak Seto adalah mendongeng sebelum anak-anak tidur. Kak Seto tak pernah melewatkan momen itu selama anak-anaknya belum tidur meski pulang larut dan badannya dalam kondisi capek.
"Saya mendongeng apa saja. Kalau mendongeng saya bisa menari-nari di atas kasur, bisa ngumpet, bi
sa main guling, lempar-lemparan, atau apa saja," kata Doktor Psikologi UI ini. Deviana juga suka mendongeng. Biasanya dia mengambil dongeng dari buku tidak seperti Kak Seto yang lebih sering mendongengkan rekaan sendiri.
"Mengurus anak bukan tugas istri sendiri, tapi juga suami," kata Deviana.
Editor : Muhammad Andi Setiawan
Artikel Terkait