Masuk Bersaing dan Masuk Kandidat Peraih Nobel. 4 Sastrawan Indonesia dengan Karya Luar Biasa

Almas Taqiyya/Litbang MPI
4 sastrawan Indonesia, (Foto : Wikipedia)

JAKARTA,iNews.id - Indonesia selalu tidak kekurangan untuk melahirkan generasi-genarasi yang luar biasa. Dalam hal sastra banyak sastrawan Indonesia yang berkelas dengan ide-ide nasionalisme mereka. Bahkan sejumlah karya sastrawan Indonesia juga mengajarkan emansipasi wanita hingga memunculkan gerakan kesetaraan setiap manusia. Berikut tokoh-tokoh sastrawan Indonesia yang memiliki karya luar biasa.

1. Marah Rusli



Marah Rusli dikenal sebagai salah satu sastrawan Indonesia terbaik pada era Balai Pustaka. Salah satu karya terkenalnya, Siti Nurbaya, masih diperbincangkan hingga kini. Banyak pula yang menjadikan novel Siti Nurbaya sebagai bahan penelitian.

Marah Rusli bin Abu Bakar lahir di Padang, Sumatra Barat pada 7 Agustus 1889. Siti Nurbaya (Sebuah Roman) yang terbit pada 1920 dianggap sebagai pencapaian terbesarnya hingga Pemerintah Rusia memberikan hadiah tahunan di bidang sastra kepada Marah Rusli pada tahun 1969.

Karya tersebut juga diterjemahkan ke dalam bahasa Rusia. Selain Siti Nurbaya, ia juga banyak menerbitkan karya fenomenal seperti La Hami pada tahun 1924, Anak dan Kemenakan di tahun 1956, Memang Jodoh, dan Tesna Zahera yang merupakan naskah roman.

2. Pramoedya Ananta Toer



Pramoedya Ananta Toer merupakan salah satu sastrawan yang paling berpengaruh di Angkatan 45. Sejumlah karyanya yang terkenal adalah Bumi Manusia, Di Tepi Kali Bekasi, Anak Semua Bangsa, dan Gadis Pantai. Sejak tahun 1996, Pram berkali-kali menjadi kandidat penerima Nobel di bidang sastra kendati belum pernah menerimanya sampai akhir hayat. Pram, begitu dia biasa disapa, lahir di Blora, Jawa Tengah pada 6 Februari 1925.

Pram adalah sebagai sosok yang memperjuangkan gerakan nasionalisme. Kegigihannya ini kerap membuatnya bolak-balik ditangkap dan dijebloskan ke penjara. Salah satunya pada 22 Juli 1947 setelah ditangkap marinir Belanda akibat menyimpan dokumen gerakan bawah tanah yang dianggap menentang Belanda. Ia juga sempat mendekam di penjara di Pulau Edam dan di Bukit Duri, Jakarta hingga tahun 1949.

Editor : Muhammad Andi Setiawan

Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network