“Jika dipersenkan 70 persen membicarakan lautan dan 30 persen membicarakan daratan,” katanya.
وَهُوَ ٱلَّذِى سَخَّرَ ٱلْبَحْرَ لِتَأْكُلُوا۟ مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُوا۟ مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى ٱلْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِهِۦ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Wa huwallażī sakhkharal-baḥra lita`kulụ min-hu laḥman ṭariyyaw wa tastakhrijụ min-hu ḥilyatan talbasụnahā, wa taral-fulka mawākhira fīhi wa litabtagụ min faḍlihī wa la'allakum tasykurụn
Artinya: Dan Dialah, Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.
Dengan karunia yang diberikan oleh Allah SWT untuk Indonesia, menurut Jayadi, masyarakat harus senantiasa bersyukur dan terus menjaganya. Masa depan Indonesia ialah berada di lautan.
“Karena di dalamnya terdapat berbagai macam kekayaan, jika kita maanfaatkan dan kelola secara optimal, Insyallah akan dapat memajukan dan mensejahterkan rakyat Indonesia. Itulah anugrah Allah yang diberkan kepada masyarakat Indonesia,” kata Jayadi.
Editor : Muhammad Andi Setiawan