Salah satu peristiwa penting dalam Agama Islam yaitu peristiwa isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW. Isra’ adalah perjalanan malam Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram yang berada di Makkah ke Masjidil Aqsha yang berada di Palestina.
Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan beliau dari Masjidil Aqsha ke Sidratul muntaha atau naiknya Rasulullah SAW menembus lapisan-lapisan langit tertinggi sampai batas yang tidak bisa dijangkau oleh semua makhluk baik malaikat, jin dan manusia atau makhluk lainnya dan perjalanan isra’ dan mi’raj itu berlangsung hanya semalam saja.
Peristiwa isra’ dan mi’raj yang luar biasa ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam al qur’an surat al isra ayat: 1
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
“Maha Suci Allah, yang Telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Isra’, 17:1)
Ada tiga ulama besar dunia yang menjelaskan ayat isra’ dan mi’raj di atas sehingga umat bisa mengambil ilmu dan hikmah besar yang ada di balik peristiwa isra’ dan mi’raj tesebut.
1. Imam Husain bin Mas’ud al Baghawi dalam kitab tafsirnya, ma’alimut tanzil atau yang dikenal dengan Tafsir Al Baghawi, Beliau menjelaskan bahwa Allah SWT yang bersih dari segala kejelakan dan kekurangan, Allah telah memperjalankan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram ke Masjidil qsha dengan naik buraq yang dibawa oleh malaikat jibril, di sebut Masjidil Aqsha karena jaraknya jauh dari Masjidil Haram dan masjid ini diberkahi sekelilingnya berupa sungai, pepohonan dan buah-buahan dan ia juga menjadi tempatnya para nabi serta tempat turunnya malaikat dan wahyu.
Lalu menjadi tempat dikumpulkannya manusia pada hari kiamat, hal ini mejadi bukti akan kebesaran atau keajaiban kekuasaan Allah yang maha mendegar atau mengabulkan do’a dan maha mengetahui segala sesuatu dari kegelapan malam.
2. Imad al-Din Abu Fida' Islam'il ibn al-Khatib Syihab al-Din Abu Hafsah Umar ibn Katsir As-Syafi'i al-Dimasyqi dalam tafsirnya yaitu tafsir al-Qur'an al-Adzim atau yang lebih dikenal dengan nama Tafsir Ibnu Katsir, Beliau menjelaskan bahwa Allah SWT memulai surat ini dengan mengagungkan diri-Nya dan menggambarkan kebesaran peran-Nya, karena kekuasaan-Nya melampaui segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun selain Dia sendiri, maka tidak ada Tuhan selain Dia, dan tidak ada Rabb selain Dia. Dia telah memperjalankan Nabi Muhammad pada malam hari dari Masjidil Haram yang ada di Mekah ke Masjidil Aqsha yang ada di Baitul Muqaddas yang terletak di Elia (Yerussalem), tempat asal para Nabi (terdahulu) sejak Nabi Ibrahim a.s. Karena itulah semua nabi dikumpulkan di Masjidil Aqsha pada malam itu, lalu Nabi Saw.
Mengimami mereka di tempat mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad Saw. adalah imam terbesar dan pemimpin yang didahulukan. Masjid itu telah diberkahi dengan tanam-tanamannya dan hasil buah-buahannya, agar Allah memperlihatkan kepada Nabi Muhammad sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya yang besar-besar. Allah Maha Mendengar semua ucapan hamba-hamba-Nya, yang mukmin maupun yang kafir yang membenarkan maupun yang mendustakan di antara mereka. dan Dia maha melihat semua perbuatan mereka, maka kelak Dia akan memberikan kepada masing-masing dari mereka balasan yang berhak mereka terima di dunia dan di akhirat.
3. Imam Jalaluddin Al-Maḥalli Jalaluddin As-Suyuṭi dalam tafsirnya Tafsir Jalalain, Beliau mejelaskan tekait ayat di atas bahwa Allah yang Maha suci telah memperjalankan hamba-Nya yaitu Nabi Muhammad SAW pada suatu malam, disebut malam karena menunjukan waktu yang sedikit, oleh karenanya diungkapkan dalam bentuk nakirah, perjalanan dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yakni Baitul Maqdis, dinamakan Masjidil Aqsha mengingat tempatnya yang jauh dari Masjidil Haram.
Tempat ini diberkahi dengan banyaknya buah-buahan dan sungai-sungai agar Allah perlihatkan kepadanya sebagian tanda-Nya yaitu sebagian daripada keajaiban-keajaiban kekuasaan-Nya karena sesungguhnya Dia adalah Maha mMndengar lagi Maha mengetahui artinya yang mengetahui semua perkataan dan pekerjaan Nabi Muhammad SAW, maka Dia melimpahkan nikmat-Nya kepadanya dengan memperjalankannya di suatu malam, di dalam perjalanan itu antara lain Nabi sempat berkumpul dengan para nabi, naik ke langit melihat keajaiban-keajaiban alam malakut dan bermunajat langsung dengan Allah SWT.
Dari penjelasan 3 ulama besar dunia terkait penafsiran surat al isra ayat 1, kita dapat mengambil pelajaran dan hikmah-hikmah diantaranya yaitu:
- Peristiwa isra’ dan mi’raj dapat menambah keimanan bagi seluruh umat islam karena Allah SWT maha segala-galanya dengan kesempurnaanya, tidak kurang sedikitpun dan kekuasaanya melampaui segala sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh seorang pun.
- Belajar kemuliaan akhlak Nabi Muhammad SAW, walaupun Nabi pernah berada di tempat tertinggi melalui isra’, akan tetapi beliau tidak pernah sombong, beliau tetap membumi.
- Selalu mengadakan evalusi dan perbaikan diri baik dalam hubungannya dengan ibadah kepada Allah (vertikal) maupun hubungannya dengan manusia dan alam semesta (horisontal) karena sesungguhnya Allah maha mendengar dan maha melihat atas segala sesuatu yang kita lakukan.
- Tanda-tanda kekuasaan, keajaiban dan kebesaran Allah di alam semesta ini sangatlah banyak, hendaknya umat islam merenungkan, meneliti dan mempelajarinya terus-menerus.
- Keberkahan-keberkahan atau tambahnya kebaikan dalam kehiduapn yang diberikan oleh Allah kepada kita semua, hendaknya untuk selalu disyukuri.
oleh : M. Munawar Said, M.Pd
Dosen IAIN Salatiga dan Pengasuh Pesantren Online Tashfiyatul Qulub
Editor : Muhammad Andi Setiawan