Ketiga, lebah bukan makhluk perusak dan tidak merusak. Di mana pun dia hinggap, tak ada tangkai daun ataupun ranting pohon yang patah. Makna ini bisa kita ambil pelajaran, betapa santunnya hewan kecil ini hingga dalam bergaul dia tidak menyakiti siapa pun dan senantiasa menjaga kedamaian dalam setiap suasana. Lebah senantiasa memegang prinsip iffah (ketenteraman) dalam pergaulan. (Meninggalkan penyakit-penyakit hati).
Keempat lebah punya harga diri. Ia tidak akan pernah mengganggu orang lain selama kehormatan dan harga dirinya dihormati. Namun, bila harga dirinya dizalimi, diganggu kehidupannya, jangan ditanya ia akan siap 'menyengat' pengganggunya. Karena itu, setiap Muslim haruslah mampu menjaga kehormatan dirinya, tidak mudah goyah akan cacian dan fitnahan dalam setiap melakukan kebenaran.
Sudah sepatutnya kita belajar ilmu dari lebah. Bukan karena fisik dan pesonanya yang kurang menarik, tapi karena komitmennya dalam bersikap dan berbuat. Manusia memiliki kesempurnaan dan kemuliaan dari makhluk lain. Namun kadangkala tingkah laku dan kehormatan manusia bisa lebih hina dari binatang. Na''uzdubillahi min dzalik.
Allah SWT memberikan pelajaran bagi manusia untuk mengambil hikmah dari lebah. Ia makhluk kecil yang memberikan manfaat sangat besar bagi kehidupan manusia. Tentunya, tak hanya dari lebah, setiap hamparan yang ada di alam semesta ini diciptakan oleh Allah SWT untuk kebutuhan manusia. Maka, bisakah kita mengambil makna dan pelajaran? Tentunya kita bisa mengambil pelajaran, bahwa menjadi pribadi muslim yang baik, yang bermanfaat, maka input yang masuk kepada diri kita pun mestinya yang baik. Perkataan-perkataan yang baik, bacaan-bacaan yang baik, pergaulan dan lingkungan yang baik, tingkah laku yang baik, sehingga akan melahirkan akhlak yang baik (akhlakul karimah). Wallahu A'lam.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing langkah kita, kehidupan dan ibadah kita, sehingga akhir hayat kita husnul khatimah, aamiin.
Oleh: Dr. H. Mukh Nursikin, M.Si.
(Dosen Pascasarjana IAIN Salatiga, Pengasuh Pondok Pesantren Modern Annur Pabelan, Kabupaten Semarang)
Editor : Muhammad Andi Setiawan