BANYAK riwayat menyebutkan bahwa penyusunan kaidah-kaidah ilmu nahwu itu dilatar belakangi oleh terjadinya laḥn yaitu kesalahan-kesalahan atau penyimpangan dalam membaca al-Qur'an dan pengucapan Bahasa Arab yang menyebabkan perubahan makna yang begitu jelas.
Kesalahan itu disebabkan oleh belum adanya kaidah tata bahasa Arab. Kekhawatiranpun semakin dirasakan seiring dengan semakin tersebarnya Islam ke berbagai penjuru dunia. Abu al-Aswad ad-Du`ali yang dikenal sebagai bapak ilmu nahwu menceritakan beberapa peristiwa yang kemudian membuatnya gelisah akan adanya kesalahan-kesalahan itu.
Dikisahkan pada suatu hari Abu al-Aswad ad-Du'ali melewati seseorang yang sedang membaca al-Qur’an, ia mendengar sang qari' membaca surat at-Taubah ayat 3 dengan ucapan:
(أَنَّ اللهَ بَرِىءٌ مِّنَ الْمُشْرِكِينَ وَرَسُولِهُ)
Dengan membaca kasrah huruf lam pada kata 'rasūlihi' yang seharusnya di baca dhommah. Hal itu, menjadikan artinya: "Sesungguhnya Allah berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasul-Nya". Tentu saja arti dari kalimat tersebut menjadi tidak tepat dan menyesatkan. Bahkan jika disengaja membaca-Nya seperti itu bisa menyebabkan kekafiran.
Editor : Muhammad Andi Setiawan