Apabila dilihat dalam buku Ephmeris Hisab Rukyat Kementerian Agama RI tahun 2022 yang memuat data Matahari dan Bulan selama tahun 2022, untuk penentuan tanggal 1 Rajab, selain di wilayah Papua, ketinggian hilal sudah lebih dari 2 derajat dengan elongasi lebih dari 3 derajat, namun umur hilal kurang dari 8 jam. Apabila dilihat dari parameter imkanurrukyah MABIMS, 2 parameter sudah memenuhi hanya saja ada 1 parameter yang belum memenuhi, sehingga prediksi di kebanyakan kalender hilal akan terlihat dan awal rajab akan jatuh pada hari Rabu, tanggal 2 Februari 2022 dan umat Islam sudah mempersiapkan untuk puasa di hari itu.
Namun setelah pelaksanaan rukyah dilaksanakan di lebih dari 45 titik di Indonesia dengan berbagai kondisi cuaca, baik yang mendung maupun yang hujan, didapatkan hasil bahwa hilal tidak bisa teramati di Indonesia.
Sebuah Dilema
Hal yang demikian ini menjadi sebuah dilema tersendiri. Karena dalam pembuatan kalender, umumnya di Indonesia memakai kriteria imkanurrukyah MABIMS sehingga di kalender yang banyak beredar ditetapkan awal Rajab jatuh pada hari Rabu, 2 Februari 2022 M. Namun, realita hasil rukyat hilal masih belum teramati, sehingga apabila memakai acuan rukyat –bahkan dalam penentuan awal bulan kamariah selain Ramadhan, Syawwal dan Dzulhijjah- maka awal rajab ini akan diikhbarkan jatuh pada hari Kamis, 3 Februari 2022 M.
Apabila kita analisa lebih dalam, sebenarnya apa faktor yang menyebabkan fenomena ini terjadi? Bahkan sebelumnya juga sempat terjadi saat penentuan awal bulan Safar 1443 H?
Editor : Muhammad Andi Setiawan