SEMARANG,iNewsSalatiga.id - Ruwah menjadi identik dengan bulan untuk mendoakan arwah leluhur. Pondok Pesantren Al-Uswah telah mengagendakan arwah jama’ tiap tahunnya. Kegiatan ini dibarengkan dengan Pengajian Ahad Pahing. Rangkaian ini dimulai dengan khataman al-Qur’an sebanyak 10 kali dimulai sejak Jum’at, (10/3).
Puncak arwah jama’ diisi mauidhoh hasanah oleh pengasuh pondok pesantren KH. M. Thoyyib Farchany. Masyarakat membahasakan ruwah kepanjangan dari “meruhi arwah” artinya melihat arwah. Hal ini dimaksudkan untuk berziarah kubur ke makam orang tua dan para leluhur.
“Mati itu pasti. Yang penting adalah persiapan. Mati itu wajib. Maka kita wajib bahas soal mati,” terang Abah Thoyyib sapaan akrab putra pertama KH. M. Mukhlishin (alm).
Abah Thoyyib menyitir ayat 34 surat al-A’raf. “Setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Jika ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan sesaat pun dan tidak dapat (pula) meminta percepatan.” Ayat ini untuk mengingat kematian. Tak ada seorangpun yang mampu menolak kedatangan ajal. Dengan nada bercanda Abah Thoyyib mempersilahkan jama’ah terlebih dahulu untuk menjemput ajal. Biar Abah paling terakhir. Sontak jama’ah pengajian yang terdiri dari penduduk sekitar pesantren dan walisantri tertawa.
Editor : Muhammad Andi Setiawan