Semua jaringan bisnis ini dijabat oleh keluarga Kesultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Telah dirintis sejak Sultan Hamengku Buwono X. Grup Hamengku Buwono ini dinilai cukup diperhitungkan dalam bangkit kembangnya kapitalisme di Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari Sultan Hamengku Buwono X duduk di posisi strategis era Sukarno dan Suharto.
Kraton sebagai komplek kegiatan budaya dan tempat tinggal Sri Sultan Hamengkubuwono dan keluarganya, tidak semua terbuka untuk umum. Bentuk bangunan terpengaruh model dari Eropa (Portugis, Belanda) dan China.
Arsitektur keraton dirancang oleh Sri Sultan Hamengkubuwono I sekaligus pendiri Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari keraton dan desain dasar lasnkap kota tua Yogyakarta diselesaikan antara tahun 1755-1756.
Keberadaan Malioboro tidak dapat dilepaskan dari berdirinya Kasultanan Ngayoyakarta Hadiningrat sebagai unsur integral dalam tata ruang ibukota kerajaan. Di jalan Malioboro terdapat Kepatihan sebagai pusat pemerintahan sehari-hari dan Pasar Gedhe sebagai pusat perekonomian warga. Keduanya merupakan bagian dari kesatuan tata ruang yang disebut catur gatra tunggal atau catur sagotra.
Menurut kosepsi ini terdapat empat elemen penting, yaitu politik (Kraton dan Kepatihan), keagamaan (Masjid Gedhe), ekonomi (Pasar Gedhe), dan sosial (Alun-alun).
Editor : Muhammad Andi Setiawan