SYA'BAN adalah istilah bahasa Arab yang berasal dari kata syi'ab yang artinya jalan di atas gunung. Islam kemudian memanfaatkan bulan Sya’ban sebagai waktu untuk menemukan banyak jalan, demi mencapai kebaikan dan bulan Sya’ban terletak di antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.
Sya’ban dalam bahasa Arab terdiri dari lima huruf. Syin, ain, ba’, alif dan nun. Huruf syin mewakili kata syaraf yang bermakan kemuliaan. Huruf ain adalah singkatan dari ‘uuwwi yang berarti tingkat tinggi. Huruf ba’ dari kata birr yaitu kebaikan. Adapun alif dari kata ulfah yang mengandung makna kasih sayang. Sedangkan nun dari kata nur yang berarti cahaya. Inilah segala predikat yang melekat dalam bulan Sya’ban yang disediakan oleh Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya.
Karena letaknya yang mendekati bulan Ramadhan, bulan Sya’ban memiliki berbagai hal yang dapat memperkuat keimanan. Umat Islam dapat mulai mempersiapkan diri menjemput datangnya bulan termulia dengan penuh suka cita dan pengharapan anugerah dari Allah SWT karena telah mulai merasakan suasana kemuliaan Ramadhan.
Sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW “ Bulan Sya'ban adalah bulan yang biasa dilupakan orang, karena letaknya antara bulan Rajab dengan bulan Ramadan. Bulan Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal. Karenanya, aku menginginkan pada saat diangkatnya amalku, aku dalam keadaan sedang berpuasa “. (HR Abu Dawud dan Nasa'i)
Karenanya, pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak berdzikir dan meminta ampunan serta pertolongan dari Allah SWT. Pada bulan ini, sungguh Allah banyak sekali menurunkan kebaikan berupa syafaat (pertolongan), maghfirah (ampunan), dan itqun min adzabin naar (pembebasan dari siksaan api neraka). Dari sinilah umat Islam, berusaha memuliakan bulan Sya’ban dengan mengadakan sedekah dan menjalin silaturrahim.
Dalam konteks menjaga ketaatan selama Sya’ban inilah kemudian Rasulullah SAW mengeluarkan hadits yang cukup terkenal. Diceritakan bahwa suatu ketika Nabi memberikan mauidhah kepada seorang lelaki yang ternyata adalah Abdullah bin Umar bin Khattab. Rasulullah SAW bersabda : “Jagalah lima perkara sebelum datangnya lima yang lainnya. Masa mudamu sebelum masa tuamu. Sehatmu sebelum masa sakitmu. Kayamu sebelum datang miskinmu. Kelonggaranmu sebelum waktu sumpekmu, dan hidupmu sebelum matimu“.
Demikianlah makna bulan Sya’ban bagi umat muslim sebagai momentum peringatan diri menjaga ketaatan kepada Ilahi. Sebegitu pentingnya hingga Rasulullah merumuskan dengan lima hal praktis yang cukup jelas.
Umat Islam di Nusantara biasanya menyambut keistimewaan bulan Sya’ban dengan mempererat silaturrahim melalui pengiriman makanan kepada para keluarga, kerabat dan saudara. Karena di kalangan umat Islam Nusantara bulan Sya’ban dinamakan sebagai bulan Ruwah, maka tradisi saling kirim makanan ini dinamakan sebagai Ruwahan. Tradisi ini menyimbolkan persaudaraan dan mempererat ikatan silaturrahim kepada sesama Muslim.
Sya’ban adalah bulan kedelapan dalam penanggalan hijriyah. Keistimewaan bulan ini terletak pada pertengahannya yang biasanya disebut sebagai Nishfu Sya'ban. Secara harfiah, istilah Nisfu Sya’ban berarti hari atau malam pertengahan bulan Sya'ban atau tanggal 15 Sya'ban. Kaum muslimin meyakini bahwa pada malam ini, dua malaikat pencatat amalan keseharian manusia, yakni Raqib dan Atid, menyerahkan catatan amalan manusia kepada Allah SWT, dan pada malam itu pula buku catatan-catatan amal yang digunakan setiap tahun diganti dengan yang baru.
Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya'ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya'ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh.
Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karena pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.
Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya'ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang salih.
Dengan demikian, kita sebagai umat Islam semestinya tidak melupakan begitu saja, bahwa bulan sya’ban adalah bulan yang mulia. Sesungguhnya bulan Sya'ban merupakan bulan persiapan untuk memasuki bulan suci Ramadhan. Dari sini, umat Islam dapat mempersiapkan diri sebaik-baiknya dengan mempertebal keimanan dan memanjatkan doa dengan penuh kekhusyukan.
Oleh : M Nabhan
Editor : Muhammad Andi Setiawan