Komunikasi Intensif dan Efektif Mengantarkan Messi Juara Piala Dunia

Tim iNewsSalatiga
Marwanto, M.Pd Dosen Bahasa Indonesia Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan FTIK/Ketua Pusat Pengabdian Masyarakat, (Foto : Ist)

SEMUA orang pasti kenal dengan Messi. Pemain terbaik dunia 7 kali yang kembali ditasbihkan sebagai pemain terbaik selama pagelaran piala dunia Qatar. Leonel Andres Messi atau La Pulga atau Si Kutu merupakan aktor utama dan berperan penting Argentina meraih piala dunia 2022.

Sebagai catatan menarik selama berlangsungnya panggung piala dunia. Lionel Messi berkontribusi dalam 10 gol yang dicetak Argentina di Piala Dunia 2022 dengan rincian tujuh gol dan tiga assist. Bintang Paris Saint-Germain (PSG) itu juga menerima Golden Ball atau penghargaan pemain terbaik. Argentina sendiri terakhir kali meraih juara 36 tahun lalu, tepatnya pada Piala Dunia 1986.

Sudah satu bulan yang lalu pagelaran ini berakhir, namun ada hal yang dapat dipelajari dari seorang Messi melalui sepak bola yakni kepemimpinan, Altruisme, dan komunikatif. Seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam pertandingan seperti wasit, captain, dan pelatih. Messi sendiri seorang bintang dan captain yang memimpin rekan-rekannya di lapangan. Sebagai seorang pemain terbaik dunia dan senior altruisme dikedepankan dan mampu menyingkirkan egoisme pribadi. Tentu yang menjadi faktor utama keberhasilannya adalah komunikasi intensif dan efektif saat berada di lapangan.

Dalam pagelaran piala dunia di Qatar merupakan panggung bagi para pemain kelas dunia dari negara masing-masing dan sekaligus pentas hiburan bagi seluruh masyarakat dunia. Aksi-aksi menawan disertai dengan skill para pemain kelas dunia. Orang pasti tahu Cristiano Ronaldo, kompetitor Messi yang acap kali mengganggu dominasi sebagai pesepak bola nomor wahid. Bila membawa bola, maka setiap penjaga gawang manapun akan ketar-ketir dibuatnya. Brazil mempunyai Neymar junior, pemain yang mempunyai skill jempolan.

Bangsa inggris punya Harry Kane sebagai seorang striker mematikan sekaligus captain tim nasional negaranya. Benua Afrika memiliki Mohammed Salah. Stiker berkebangsaan Mesir yang menjadi tulang punggung club Liverpool dalam menjebol gawang lawan. Sementara Asia mempunyai Son Heung-min. Pemain asal Korea Selatan yang bersinar di club Inggris, Totenham Hospur. Indonesia juga mempunyai pemain-pemain kelas dunia, semacam Egy Maulana Vikri dan Witan Sulaiman. Dunia juga pernah digemparkan dengan tendangan heroik salto Widodo Cahyono Putro. Sayangnya pada setiap kontes piala dunia, Indonesia hanya mampu sebagai penonton.

Hal yang perlu dicontoh dari pemain berusia 35 tahun itu adalah proses yang panjang menjadi seorang bintang. Ia belajar bagaimana bermain bola dengan para seniornya semacam Ronaldinho, Thiery Henry, Andreas Iniesta, Xavi Hernandes dan Charles Puyol. Semua ditekuni dalam satu club bola bernama Barcelona.

Melalui kepemimpinannya pula mampu mengesampingkan ego para pemain dalam rangka menjaga keutuhan tim yang dihuni oleh pemain-pemain kelas dunia, sehingga jalinan komunikasi menjadi intensif dan lebih efektif saat berada di dalam maupun luar lapangan. Setiap pemain merasa sama saat bertanding yakni berkolaborasi, bekerjasama secara utuh dan saling mendukung sebagai sebuah tim.


Komunikasi intensif dan efektif sendiri bisa terjalin apabila pemberi pesan dan penerima pesan dapat bertukar informasi dengan baik. Hal inilah yang dilakukan oleh Messi saat membantu Argentina meraih tittle piala dunia. Sebagai jendral lapangan sekaligus striker, nampaknya paham benar pada saat harus mengoper, menahan, maupun memberikan bola ke belakang sebagai bentuk dari strategi permainan. Dalam sepak bola komunikasi sangat penting dibutuhkan, baik antar pemain di lapangan dan ruang ganti, termasuk dengan pelatih. Ia selalu memberikan arahan dari luar lapangan agar komunikasi benar-benar efektif antar pemain.

Setiap komunikasi diharapkan mampu memberikan efek positif, sehingga bola-bola akan mengalir menusuk ke gawang lawan. Bukan sebaliknya, para penonton hanya disuguhkan aksi-aksi individual yang mengarah kepada egoisme pribadi untuk menjadi orang yang paling hebat saat berada di lapangan. Bagaimana dengan tim nasional Indonesia.

Nampaknya mereka harus banyak belajar tentang komunikatif, kepemimpinan, dan egoisme sebagai pemain bintang. Maka, pentingnya komunikasi intensif dan efektif dilakukan demi mencapai sebuah tujuan yaitu kemenangan. Sama halnya dengan bangsa ini, semua harus melalui komunikasi yang baik antara pemimpin dan rakyat guna mencapai tujuan bersama yakni Indonesia yang maju, berdaulat, adil dan makmur.

Oleh : Marwanto, M.Pd
Dosen Bahasa Indonesia Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan FTIK/Ketua Pusat Pengabdian Masyarakat


Editor : Muhammad Andi Setiawan

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network