JAKARTA,iNews.id - Candi Borobudur yang terletak di Magelang, Jawa Tengah ini selalu menjadi magnet bagi turis domestik maupun mancanegara.
Berikut beberapa fakta Candi Borobudur sebagaimana dilansir Tim Litbang MPI:
1. Dibangun pada abad ke-8
Candi Borobudur dibangun pada abad ke-8 dan 9 pada 800 Masehi di masa Dinasti Syailendra. Candi Borobudur mempunyai bentuk bangunan punden berundak, yakni semakin ke atas semakin kecil. Terdapat empat buah tangga yang tersebar di setiap arah mata angin. Panjang Candi Borobudur sekitar 121,66 meter, lebar 121,38 meter, tinggi bangunan 35,40 meter. Candi ini mempunyai 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha.
2. Memiliki 3 tingkatan
Di dalam Candi Borobudur terdapat tiga tingkatan, yaitu kamadhatu, rupadhatu, dan arupadhatu. Kamadhatu menggambarkan perilaku manusia yang masih terikat dengan nafsu duniawi. Letak Kamadhatu di bagian terbawah dari candi. Bagian tengah candi disebut rupadhatu. Rupadhatu menjelaskan perilaku manusia yang sudah meninggalkan urusan duniawi namun masih terikat dengan dunia nyata. Lalu pada bagian atas candi adalah arupadhatu. Arupadhatu menggambarkan unsur tidak berwujud, di mana manusia sudah meninggalkan semua urusan duniawi.
3. Ditemukan oleh Raffles
Pada 1814, Gubernur Jenderal Inggris di Jawa, Sir Thomas Stamford Raffles, menemukan Candi Borobudur. Hal tersebut dituliskan pada bukunya berjudul The History of Java atau Sejarah Pulau Jawa.
4. Pernah dibom teroris
Diketahui, pada 1985, Candi Borobudur pernah dibom oleh teroris, tepatnya berselang dua tahun setelah proses pemugaran ke-2. Sebanyak 9 dari 13 bom meledak dan kemudian menghancurkan ratusan balok batu stupa.
5. Ditetapkan jadi situs warisan dunia
Pada 1960, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada Candi Borobudur. Renovasi Candi Borobudur menghabiskan biaya yang besar serta waktu yang cukup lama sampai penetapan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO pada 1991. Selain sebagai tempat wisata, Candi Borobudur berfungsi sebagai tempat ziarah umat Buddha.
Editor : Muhammad Andi Setiawan