JAKARTA,iNews.id - Menjadi pembicara di World Economic Forum (WEF) 2022 di Davos, Swiss, pada Selasa 24 Mei 2022 lalu Menteri Perdagangan (Mendag), Muhammad Lutfi menjadi perbincangan hangat di Twitter.
Video berdurasi 1 menit 34 detik yang diunggah oleh @pinenutter itu telah ditonton 354,3 ribu kali, dan disukai oleh 893 pengguna Twitter.
Mendag Lutfi membicarakan soal Pemerintah Indonesia yang melarang ekspor sejumlah komoditas mentah saat diskusi bertajuk Absorbing the Commodity Stock, dengan moderator Bruce Whitfield, jurnalis yang berbasis di Afrika Selatan.
Berawal ketika moderator Bruce bertanya terkait target pemerintah Indonesia meningkatkan perekonomiannya hingga tiga kali lipat pada 2030.
Lutfi pun langsung menjelaskan untuk mencapai cita-cita tersebut, negara Indonesia fokus melakukan ekspor produk dengan nilai tambah. Namun, banyak negara-negara maju yang protes, bahkan menggugat Indonesia ke Organisasi Perdagangan Dunia atau World Trade Organization (WTO).
"Saat negara berkembang menciptakan sesuatu, negara maju tidak senang. Jadi, saat ini saya menghadapi penyelesaian sengketa dengan negara maju, hampir setiap hari. Tapi untuk Indonesia, kita tak punya pilihan selain melawannya," tegas Lutfi, dikutip dari video tersebut.
Lalu Bruce kembali mempertanyakan, kebijakan melarang ekspor bahan baku untuk kepentingan Indonesia. Lutfi pun menjawab dengan lantang bahwa negara Eropa juga telah mementingkan sendiri seperti vaksin yang dikirim ke negara-negara lain yang sudah mendekati kadaluwarsa.
"Apakah Anda tahu, orang Eropa memiliki 3,7 vaksin lebih banyak dari yang mereka butuhkan. Dan mereka mengirimnya ke negara-negara seperti Indonesia, 2 minggu sebelum tanggal kedaluwarsa," tegas Lutfi.
Lutfi pun menjelaskan, pada akhirnya negara-negara tetap mengutamakan kepentingan nasional. Bagi Indonesia, mementingkan kebutuhan lebih dari 270 juta rakyatnya sangatlah penting.
"Ini tentang kepentingan nasional. Tapi, kami adalah negara demokrasi. Saya memiliki 270 juta orang lapar. Dan bagian terburuknya adalah media sosial. Ya Tuhan, sangat keras. Dan saya harus memenuhi itu, seperti Eropa yang perlu melayani orang Eropa, seperti negara maju lainnya yang perlu melayani negara maju. Jadi ini adalah perjuangan demokrasi, untuk mempertahankan struktur kelangsungan hidup," tutup Lutfi.
Diketahui selain Lutfi, turut hadir CEO Eurasian Resources Group (ERG), Benedikt Sobotka; Chairman Vedanta Group, Anil Agarwal; Mantan Menteri Luar Negeri, Uni Eropa dan Kerja Sama Spanyol, Arancha González Laya; serta Menteri Ekonomi dan Keuangan Peru, Oscar Miguel Graham Yamahuchi.
Video tersebut pun mendapatkan beragam komentar dari pengguna Twitter:
"dia mewakili negara & rakyatnya, tetapi menteri kami ada untuk kepentingan mereka sendiri. sedih melihat itu," tulis @codey_lim.
"Sudah waktunya untuk berdiri teguh melawan fakta-fakta dan angka-angka munafik yang tidak perlu untuk digunakan untuk memutar lengan, Uni Eropa akan membeli dari Rusia sampai mereka menemukan pengganti kita "sekarang" sebagai budak yang taat," tulis @SyedFar21129873.
Editor : Muhammad Andi Setiawan