GUNUNGKIDUL, iNews Salatiga.id - Penutupan dua pasar hewan terbesar di wilayah Kabupaten Gunung Kidul, membuat para peternak sapi dan kambing merasa kesal dan sangat menyayangkan tindakan tersebut,di tambah adanya temuan penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkit beberapa hewan ternak menghasilkan dampak buruk bagi para peternak. Mereka mengakui kesulitan membayar cicilan utang di bank.
Salah seorang pedagang sapi, Mursih mengatakan, semestinya pemerintah tidak menutup pasar hewan tempat mereka mencari penghasilan. Masih ada cara lain yang bisa ditempuh tanpa mengorbankan peternak dan pedagang. Apalagi saat ini mendekati Hari Raya Idul Adha.
“Bagaimana tidak rugi, saya ada empat sapi. Setiap hari butuh pakan yang harus beli,”kata pedagang asal Getas, Playen ini. Dengan penutupan pasar selama dua pekan, maka dirinya harus membayar biaya pakan selama 14 hari. Padahal biasanya sapi yang dia miliki akan langsung dijual ke pasar dan bisa mendapatkan untung.
Mursih menyebut saat ini sebenarnya bertepatan dengan waktu favorit dari para pedagang. Karena banyak masyarakat yang berburu hewan ternak untuk persiapan Idul Adha guna mencukupi kebutuhan hajatan mereka. "Sekarang itu mau lebaran haji dan hajatan. Kan permintaan tinggi," ujar dia.
Mursih justru menanyakan seberapa bahayanya penyakit PKM sehingga pasar hewan harus kembali di lockdown. Sejatinya PMK merupakan penyakit yang sudah lama dan dianggap sebagai penyakit biasa. Bahkan para peternak ataupun pedagang sapi memiliki cara jitu untuk menaklukkan penyakit ini dengan cara tradisional. Penyakit ini akan sembuh dengan membuatkan sambal bawang dan sapi kembali sehat. “Tidak perlu ditutup, cukup menempatkan petugas di pintu masuk untuk menyeleksi sapi dan kambing yang sehat,” katanya. Pedagang sapi yang lain, Karmoto juga meminta pemerintah untuk tidak menutup dua pasar tersebut. Selain uang mereka tidak bisa berputar, penutupan pasar juga membuat mata pencaharian mereka hilang. "Kalau ditutup dapat duit dari mana.
Padahal angsuran bank jalan terus dan hajatan banyak,” kata dia. Karmoto juga kesulitan mencari sapi pesanan konsumen untuk kebutuhan Idul Adha. Setidaknya sudah ada 50 masjid yang menghubunginya untuk mencarikan sapi. Pesanan yang masuk sudah sekitar 80 ekor sapi dan puluhan kambing. "Saya baru ada 15 ekor terus saya beli di mana. Sana (Pracimantoro) tidak boleh masuk ke sini. Sini tidak boleh keluar," katanya.
Editor : Muhammad Andi Setiawan