get app
inews
Aa Text
Read Next : Dua Tugas Utama Manusia dalam Al Qur’an

Ditengah Kondisi Mushola yang Retak dan Rapuh, Jamaah Tetap Khusyuk Dilakukan

Kamis, 31 Maret 2022 | 16:46 WIB
header img
Mushola Sayyidina Ali, (Foto:ACT)

Kondisi Masjid dan Mushola memang harus diperhatikan agar kualitas ibadah kita kepada Allah Swt dapat terlaksana secara maksimal.

Namun di beberapa daerah, masih ditemukan tempat ibadah yang masih jauh dari belum kata layak. Salah satunya di Kampung Warudoyong, Desa Sukatani, Kecamatan Parakansalak, Kabupaten Sukabumi.

Satu-satunya tempat ibadah bagi umat Islam di kampung tersebut adalah Mushola Sayyidina Ali, tapi kondisinya memprihatinkan. Dinding mushola sudah retak dan lapuk.

Kondisi yang sama juga terjadi pada tiang penyangga yang terbuat dari kayu. Lantai mushola berukuran 4x5 meter masih terbuat dari semen yang sudah retak dan mengelupas. Selama 32 tahun berdiri, Mushola Sayyidina Ali belum pernah diperbaiki.

Ada lebih dari 45 kepala keluarga tinggal di kampung tersebut. Untuk mencapai masjid terdekat, warga harus berjalan sejauh 2 kilometer dengan kontur jalan yang masih tanah dan bebatuan.

Imam Mushola Sayyidina Ali Ustaz Abdul Hadrom mengatakan mayoritas warga Kampung Warudoyong bekerja sebagai petani dan nelayan dengan penghasilan tidak menentu. Warga belum mampu merenovasi mushola tersebut.

"Saya berharap ada donatur yang sekiranya dapat membantu pembangunan mushola yang layak di tempat kami," ujarnya, Senin 14 Februari 2022, dalam keterangan resmi Aksi Cepat Tanggap (ACT) yang diterima Okezone.

Selain Mushola Sayyidina Ali di Sukabumi, kondisi yang sama juga terjadi pada Mushola Tambak di Dusun Glagah Lor, Kecamatan Bugul Kidul, Kabupaten Pasuruan. Separuh dinding bangunan terbuat dari kawat yang sudah berkarat dan rusak.

Salah satu jamaah Mushola Tambak bernama Djumadi mengatakan, saat hujan deras disertai angin, kondisi mushola seperti kolam. "Setiap hujan pasti bocor, apalagi kalau campur angin. Sudah pasti mushola kami seperti kolam yang penuh air," ungkapnya.

Mushola Tambak berdiri pada 1996 dan direnovasi pada 2013 dari hasil iuran masyarakat. Menurut Djumadi, uang yang terkumpul hanya cukup untuk merenovasi lantai.

"Jamaah rata-rata bekerja sebagai penjaga tambak dan juga nelayan pesisir, sehingga dana yang terkumpul pada saat itu sangat terbatas dan tidak cukup untuk merenovasi yang lain. Bahkan hingga kini, kebutuhan listrik Musala Tambak masih ikut salah satu jemaah yang rumahnya dekat dengan musala," tukasnya.

Editor : Muhammad Andi Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut