Kecelakaan parah yang di alami Marc Marquez di sesi pemanasan MotoGP Mandalika pada Minggu 20 Maret 2022 membuat Bos Repsol Honda membuka suara. Dia secara terang-terangan menyebut Sirkuit Mandalika n berbeda dengan irkuit Buriram dan Sirkuit Red Bull Ring.
Apakah ini pertanda pria 55 tahun itu menyalahkan Sirkuit Mandalika sebagai penyebab kecelakaan Marc Marquez? Pria asal Spanyol itu tidak menyalahkan Sirkuit Mandalika.
Ia menyalahkan pemasok ban MotoGP 2022, Michelin, yang salah membawa ban. Sekadar diketahui, Michelin membawa jenis ban yang digunakan para pembalap MotoGP saat melibas Sirkuit Buriram dan Red Bull Ring pada 2017 dan 2018.
Praktis hal itu mengejutkan Alberto Puig. Sebab, secara layout lintasan, Sirkuit Mandalika berbeda ketimbang Buriram dan Red Bull Ring.
Red Bull Ring dan Buriram memiliki banyak lintasan lurus panjang. Hal itu berbeda dengan Sirkuit Mandalika yang lebih banyak tikungan cepat ketimbang lintasan lurus panjang.
Layout lintasan pun berpengaruh kepada suhu ban. Akibat salah membawa tipe ban, banyak pembalap yang jatuh di awal-awal balapan.
“Ban yang dibawa Michelin untuk GP Indonesia pernah dipakai di Thailand dan Austria beberapa tahun lalu (2017/2018), trek yang memiliki lintasan lurus panjang. Mandalika adalah sirkuit yang sama sekali berbeda, Ini adalah trek di mana tidak memiliki banyak lintasan lurus panjang dan lebih banyak tikungan,” kata Alberto Puig dari dikutip laman Motorsport, Selasa (29/3/2022).
“Trek seperti ini membutuhkan grip yang baik. Anda jelas tidak membutuhkan ban yang keras di trek jenis ini. Ban yang lebih tua ini memiliki masalah sendiri terutama seputar suhu ban. Kita dapat melihat selama akhir pekan Mandalika, sebagian besar kecelakaan terjadi di dua lap pertama,” ujar pria 55 tahun tersebut.
Akibat kecelakaan di sesi pemanasan MotoGP Mandalika 2022, Marc Marquez absen di race tersebut dan juga MotoGP Argentina. Bahkan seorang dokter ahli mata asal Spanyol, Josep Visa, mengatakan Marc Marquez seharusnya istirahat enam bulan untuk menyembuhkan masalah penglihatan ganda yang dialami.
Editor : Muhammad Andi Setiawan