YOGYAKARTA, iNews.id - Konsep Malioboro sebagai galeri seni dan budaya terpanjang di Tanah Air saat ini tengah dimatangkan bersama para akademi kampus, termasuk Institut Seni Indonesia (ISI), seniman, serta elemen masyarakat lainnya.
"Malioboro kan milik semua masyarakat, tidak hanya seniman, akademisi. Ada beberapa hal yang sudah kami siapkan untuk mendapat masukan-masukan," ujar Dian ditemui di Kompleks Benteng Vredeburg, Yogyakarta, Senin (28/2/2022) malam.
Sebagai gambaran awal, menurut dia, sepanjang Jalan Malioboro bakal ditata sedemikian rupa dengan dihiasi karya-karya "street art" atau seni jalanan.
Beberapa pertunjukan seni dan budaya, kata dia, juga mulai digelar di sentra pedagang kaki lima (PKL) di Teras Malioboro I dan Teras Malioboro II. "'Street art' nanti mungkin tidak dalam bentuk yang harus mendatangkan kerumunan," ucap dia.
Menurut dia, rangkaian penataan kawasan Malioboro yang masih terus berlangsung hingga saat ini memiliki muara untuk mengembalikan memori kolektif kawasan itu sebagai tempat masyarakat berkreasi dan mencari inspirasi.
"Dulu kan Malioboro sebagai tempat yang sangat kondusif bagi orang, seniman, budayawan mendapatkan inspirasi, mendapatkan ruang-ruang berkreasi. Ke depan juga akan seperti itu tapi pada bentuk-bentuk yang lebih memuliakan Malioboro dengan saling menghargai hak dan kewajiban, serta peran masing-masing," kata dia.
Editor : Febyarina Alifah Hasna Nadzifah