SALATIGA, iNewsSalatiga.id - India berhasil mencatat sejarah sebagai negara ke-4 yang berhasil mendaratkan pesawat luar angkasa di bulan pada Rabu (23/8/2023) kemarin. Prestasi ini membuat India menjadi negara pertama yang berhasil mendaratkan pesawat luar angkasa di kutub bagian selatan bulan.
Tidak hanya itu, yang menarik adalah biaya yang dikeluarkan oleh India untuk pencapaian ini ternyata lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara lain. Biaya yang diperlukan hanya sekitar USD75 juta atau setara dengan Rp1,1 triliun dengan kurs 1 USD = Rp15.255.
Hal ini jauh lebih hemat dibandingkan dengan biaya dari negara-negara lain. Keberhasilan ini dapat diatribusikan kepada kemampuan India dalam menyesuaikan anggaran sesuai dengan ketentuan program NASA yang bertujuan untuk mengurangi biaya pendaratan ke bulan.
Program ini dikenal sebagai Commercial Lunar Payload Services (CLPS), di mana India berusaha membatasi anggaran yang dibutuhkan oleh perusahaan antariksa hingga maksimal USD2,6 miliar per misi peluncuran. Dengan mengikuti program ini, India telah berhasil mencapai tujuannya dengan sukses mendaratkan pesawat luar angkasa di bulan dengan biaya yang jauh lebih efisien.
Keberhasilan India dalam mengembangkan teknologi antariksa ini dapat membawa dampak besar. Jika terus mempertahankan ambisinya dalam mengembangkan teknologi antariksa, India berpotensi untuk melampaui Amerika sebagai negara paling maju di bidang antariksa.
Meskipun India saat ini berada di urutan ke-7 berdasarkan alokasi anggaran berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB), dengan alokasi hanya sekitar 0,04% dari PDB negaranya, yaitu sekitar Rp52,9 triliun, kemajuan yang mereka tunjukkan dalam teknologi antariksa bisa menjadi dorongan untuk meningkatkan alokasi anggaran di masa depan. Sebagai perbandingan, Amerika telah mengalokasikan sekitar 0,28% dari PDB, atau sekitar Rp387,5 triliun, untuk bidang antariksa yang menjadikannya yang terdepan di dunia dalam hal ini.
"Biaya akan terus menurun, yang merupakan perkembangan yang sangat positif bagi semua orang yang tertarik dalam eksplorasi luar angkasa," ujar Administrator NASA (2018-2021), Jim Bridenstine.
Sebelumnya, Jim telah mengungkapkan bahwa prestasi India merupakan salah satu isyarat positif bagi kemajuan global di bidang antariksa.
Jim menjelaskan bahwa lonjakan jumlah perusahaan antariksa saat ini akan memiliki efek positif terhadap pengurangan biaya yang diperlukan untuk setiap operasi peluncuran luar angkasa.
“Terutama karena kita memiliki lebih banyak perusahaan yang melakukan lebih banyak misi,” katanya.
Tren baru menunjukkan bahwa India semakin diakui sebagai aktor utama dalam politik luar angkasa global. Di sisi lain, China berhasil menggantikan peran Rusia sebagai pesaing utama dalam hal pengaruh dan kemampuan di sektor antariksa, terutama terhadap Amerika Serikat.
Prospek juga menunjukkan bahwa India berpotensi mengisi peran yang dahulu dipegang oleh Rusia.
Editor : Muhammad Andi Setiawan