get app
inews
Aa Text
Read Next : 28.336 Pendaftar Ikuti Pelatihan Implementasi Kurikulum Merdeka melalui MOOC Pintar

Matematika Abstrak, Apakah Bisa Menerapkan Pembelajaran Bermakna?

Kamis, 30 Maret 2023 | 16:17 WIB
header img
Teknik Pembelajaran bermakna (meaningful learning) untuk menciptakan mencapai tujuan kurikulum merdeka, (Foto :https://www.pngdownload.id/)

MATEMATIKA merupakan bidang ilmu yang materinya bersifat abstrak. Keabstrakan matematika ditandai dengan fakta, konsep, dan prinsip yang abstrak. Sehingga, matematika didefenisikan sebagai penelaahan struktur abstrak yang dikaitkan secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi. Ciri keabstrakan matematika ini menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari dan pada akhirnya menanamkan mindset yang susah dalam diri siswa. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pendidik untuk membuat matematika menjadi pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Pembelajaran matematika harus dilakukan secara terstruktur dan bertahap, mulai dari pemahaman ide dan konsep yang sederhana hingga ke tahap lebih kompleks. Saat ini, pada penerapan kurikulum merdeka belajar yang digagas oleh Kementerian Pendidikan, pembelajaran matematika harus dilakukan dua arah dengan siswa bertanya kepada guru, guru menjadi fasilitator, dan siswa saling belajar dengan siswa lainnya.

Kurikulum merdeka belajar mengharuskan agar guru menciptakan suasana yang menyenangkan dan menerapkan pembelajaran yang bervariasi dalam menyelesaikan masalah sesuai dengan skill dan kemampuan siswa. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika agar dapat mencapai tujuan kurikulum merdeka yaitu dengan pembelajaran yang bermakna.

Pembelajaran bermakna (meaningful learning) diperkenalkan oleh David Paul Ausubel pada tahun 1960. David P. Ausubel adalah seorang psikolog pendidikan Amerika yang memiliki banyak kontribusi dalam bidang perkembangan kognitif. Ausubel mengembangkan teori belajar bermakna yang dipengaruhi oleh pemikiran Piaget yang disebut sebagai aliran “konstruktivisme”.

Konstruktivisme merupakan teori pendidikan yang memfokuskan pada peningkatan perkembangan logika dan konseptual pembelajar. Menurut Ausubel, belajar bermakna adalah suatu proses akuisisi makna baru dengan mengasimilasi informasi baru ke dalam struktur kognitif siswa yang sudah ada. Struktur kognitif yang dimaksud berupa konsep, ide, dan prinsip yang telah ada dalam pemikiran siswa.

Prinsip pelaksanaan pembelajaran bermakna memiliki empat tahapan yaitu advance organizer, diferensiasi progresif, integrative reconciliation, dan consolidation. Advance organizer, mengarahkan para siswa ke materi yang akan dipelajari dan mengingatkan siswa pada materi sebelumnya yang dapat digunakan dalam membantu menanamkan pengetahuan baru. Selama proses belajar bermakna berlangsung, guru melakukan diferensiasi progresif dengan mengembangkan konsep dari umum ke khusus dan menghubungkan konsep baru dengan konsep yang superordinat dalam tahap integrative reconciliation.

Sebagai bentuk evaluasi, tahap terakhir dalam belajar bermakna yaitu dengan melakukan consolidation yang ditandai dengan pemantapan materi dalam bentuk menghadirkan lebih banyak contoh dan latihan, sehingga siswa akan lebih paham dan siap menghadapi materi selanjutnya. Berdasarkan prinsip pelaksanaannya, terdapat dua faktor yang harus diperhatikan sebelum melaksanakan pembelajaran bermakna yaitu materi dan kondisi awal siswa.

Materi yang akan dipelajari harus bermakna secara potensial. Kebermaknaan materi tergantung pada dua faktor yaitu materi harus memiliki kebermaknaan logis dan gagasan-gagasan yang relevan harus terdapat dalam struktur kognitif siswa. Selain itu, siswa harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna sehingga memiliki kesiapan dan niat sebelum belajar.

Apabila kedua faktor tersebut dapat dipenuhi, maka yang akan terjadi siswa dapat menerima dan menemukan hal yang bermakna dari materi yang sudah diajarkan. Belajar menerima yang bermakna yaitu apabila informasi yang telah tersusun secara logis disajikan kepada siswa dalam bentuk akhir, siswa kemudian menghubungkan pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimiliki. Sedangkan, belajar dengan penemuan yang bermakna yaitu apabila informasi yang dipelajari ditentukan secara bebas oleh siswa dan kemudian menghubungkan informasi/pengetahuan yang baru itu dengan struktur kognitif yang dimilikinya.

Berdasarkan hal tersebut, belajar bermakna dalam pembelajaran matematika dapat dicapai apabila guru menyajikan advance organizer dalam bentuk penerimaan atau penemuan, kemudian menjadi fasilitator bagi siswa untuk menghubungkan konsep baru dengan konsep yang superordinat dan melihat karakteristik siswa, apakah siswa sudah dapat menghubungkan konsep baru tersebut dengan apa yang terdapat dalam struktur kognitifnya, jika belum, maka pembelajaran yang terjadi hanya dalam bentuk hafalan, bukan bermakna.

Sebagai contoh: dalam mempelajari materi pertidaksamaan kuadrat, guru dapat menyusun advance organizer dengan mengingatkan kembali pada pengertian ketaksamaan dan pertidaksamaan, kemudian mengingatkan siswa pada persamaan linear peubah satu variabel, dan memberikan masalah kontekstual bagi siswa untuk menentukan himpunan penyelesaian dari soal tersebut.

Berikut beberapa manfaat yang dapat dirasakan jika menerapkan belajar bermakna dalam pembelajaran matematika yaitu informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama untuk diingat, memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang serupa, pembelajaran di sekolah dapat diselenggarakan dengan efektif dan efisien, teori belajar bermakna Ausubel dapat menuntun guru terbiasa menyajikan materi pelajaran dari konsep yang paling inklusif ke konsep yang kurang inklusif, serta memiliki keunggulan dalam meraup segala informasi dan konsekuensi akhirnya adalah meningkatkan kemampuan siswa.

“…if the learner’s intention is to memorise it verbatim, i.e., as a series of arbitrarily related word, both the learning process and the learning outcome must necessarily be rote and meaningless” David Paul Ausubel

Referensi:

Ariyanto. (2012). Penerapan Teori Ausubel Pada Pembelajaran Pokok Bahasan Pertidaksamaan Kuadrat di SMU. Seminar Nasional Pendidikan Matematika. Surakarta.

Ausubel, David. (2022). Death and Human Condition. iUniverse.  ISBN 978-0-595-23197-3.

Gazali, Rahmita Y. (2016). Pembelajaran Matematika yang Bermakna. Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika. Vol 2(3). 181-190.

Rahmah, Nur. (2013). Belajar Bermakna Ausubel. Al-Khwarizmi. Vol 1. STAIN Palopo

Oleh : Husnul Khatimah Rusyid

Magister Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung, Jawa Barat

Editor : Muhammad Andi Setiawan

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut