get app
inews
Aa Read Next : Temukan Kecocokan Saat Berdiskusi Kenegaraan, Apakah Anies akan Jadikan AHY Cawapres?

AHY Kritik Jokowi Tumpuk Utang Sangat Banyak, Kemenkeu Siap Debat dengan Demokrat

Senin, 30 Januari 2023 | 08:31 WIB
header img
AHY kritik pemerintah Jokowi yang dinilai terus menumpuk utang, (Foto : Okezone)

JAKARTA,iNewsSalatiga.id - Partai Demokrat memberikan kritikan terhadap pemerintahan Jokowi, Menurut partai ini utang Indonesia dibawah pemerintahan Jokowi mencapai Rp7.000 triliun dan sangat membebani perekonomian rakyat.

Menanggapi kritikan utang tersebut Kementerian Keuangan menjelaskan bahwa besaran utang tersebut justru memberikan manfaat yang sangat besar bagi bangsa Indonesia.

Dilansir dari Okezone berikut fakta-fakta menarik terkait utang yang dikritisi Partai Demokrat, Senin (30/1/2023):

1. AHY Kritik Utang RI

Terkait utang luar negeri Indonesia mendapatak sorotan dari Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). AHY mengkritik bahwa utang Indonesia saat ini sudah terlalu banyak, menurutnya hal ini sangat beresiko buruk terhadao perekonomian Indonesia sekarang.

"Cadangan devisa kian menipis lantaran harus menahan nilai tukar Rupiah yang belakangan ini melemah. Kita juga tahu gelombang PHK yang terjadi di sana-sini. Ini semua mengancam masa depan dan nasib para buruh dan pekerja nasional," ujar AHY.

2. Kritikan AHY dibalas oleh Kemenkeu

Menurut Staf Khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo, dalam kurun 2015-2019 rasio utang Indonesia dapat dijaga pada level maksimal 30%. Di mana saat penerimaan negara melandai dan kebutuhan pembiayaan berbagai belanja publik meningkat untuk mengejar kemajuan, maka utang menjadi salah satu pilihan.

"Lonjakan tinggi jelas karena pandemi covid. Lihat saja lonjakan dari 30% ke 39,38% dalam setahun di 2020, demi menangani dampak kesehatan, sosial dan ekonomi karena Covid-19," ujarnya.

Yusninus mengakui bahwa ini bukan keniscayaan dan justru menunjukkan tanggung jawab pemerintah yang sekarang diapresiasi sebagai salah satu negara yang berhasil mengatasi pandemi dengan baik.

Di 2020-2021 mencapai 10,8% (accumulated fiscal deficit). Namun dibandingkan negara lain di periode yang sama, ini lebih kecil. Misal Thailand 17%, Filipina 22,1%, China 11,8%, Malaysia 13,6%, dan India 16,5%.


3.AHY Dinilai Tidak Menggunakan Data Lengkap

Menurut Yustinus, Ketum Partai Demokrat perlu mendapat asupan informasi yang komprehensif soal ini. Kerja keras APBN yang pruden, efisien dan antisipatif menekan defisit berkonsekuensi pada pembiayaan.

"Realisasi utang 2022 hanya Rp688,54 triliun atau 73% dari target. Tentu tak mudah mengelola ini. Betul bahwa posisi utang akhir 2022 Rp7.733,99 triliun. Besar ya? Iya! Sudah saya jelaskan konteks dan reasoning di atas. Kue ekonomi dan produktivitas kita pun membaik. Rasio utang sudah turun dari 40,74% di 2021 menjadi 39,57% di 2022. Mosok dibilang ugal-ugalan sih? Optimis ya Mas…" kata Yustinus.

4. Perdebatan Utang Semakin Memanas

Sekertaris Departemen IV DPP Partai Demokrat Hasbil Mustaqim Lubis yang berkomentar soal utang negara.

Hasbil menyebut bahwa rezim pemerintahan di bawah Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan meninggalkan utang yang mencapai Rp7.733,99 triliun. Bahkan, rasio utang RI saat ini sudah berada di level 40%.

"Kalau om @prastow senang menampilkan data, kami juga punya om. Silahkan ditanggapi, dengan senang hati saya menunggu. Sekali lagi, rezim ini akan meninggalkan utang yg sangat tinggi (Rp.7.733, 99 Triliun). Berani mengakuinya om?" tulis Hasbil.


5. Data Ekonomi RI yang Sudah Pulih

Sekarang sudah 2023, pandemi beralih ke fase endemi di mana aktivitas bergeliat. Berbagai indikator makroekonomi dan keuangan negara mengalami perbaikan, seperti pertumbuhan ekonomi. Karenanya, data tahun 2020 bagi Yustinus tidak relevan jika dijadikan bahan diskusi pengelolaan utang saat ini.

"Bahkan jika kita perhatikan pada dokumen yang sama, perbandingan rasio utang atas PDB Indonesia termasuk yang paling rendah di antara negara-negara ASEAN lainnya yakni 39,4%, lebih rendah dari Malaysia, Singapura, Thailand. Pentingnya membaca komprehensif ya," ucapnya.

6. Kemenkeu Siap Debat dengan Partai Demokrat

Yustinus mengajaknya untuk bersyukur karena analisis IMF terbaru menyebutkan bahwa utang pemerintah masih moderat dan tetap sustain, kepercayaan para investor tetap besar, peringkat kredit RI juga masih di Investment Grade. Terkait indikator kerentanan fiskal yang mengacu pada batasan yang direkomendasikan IMF dan IDR, dapat dijelaskan bahwa batasan indikator tersebut didasarkan pada pertimbangan batasan indikator kerentanan dalam kondisi normal (sebelum adanya pandemi Covid-19).

"Namun, Pemerintah tetap memberikan perhatian dengan menyiapkan upaya antara lain optimalisasi sumber pembiayaan non utang (SAL dan SILPA), pinjaman lembaga multilateral dan berbasis penanganan COVID-19 dengan bunga ringan, serta kerjasama dengan Bank Indonesia (BI) melalui SKB I hingga SKB III. Demikian tambahan penjelasan kami. Jika ada hal yang ingin dielaborasi, sangat dipersilakan. Harapan saya, mari gunakan data dan informasi terbaru agar lebih fair, objektif, dan kontekstual. Jika misalnya mau debat langsung di satu forum, kami pun S14P!" tutup Yustinus.

Editor : Muhamad Andi Setiawan

Follow Berita iNews Salatiga di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut