TOKYO,iNewsSalatiga.id - Profesi bintang film dewasa di Jepang ternyata memberikan bayaran yang fantastis bagi pemainnya. Dalam pembuatan satu judul film saja pemain bisa dibayar sampai puluhan juta.
Seperti yang diungkap oleh Emiri Okazaki, mantan bintang film porno asal Tokyo, dirinya mengaku mendapatkan dua jenis kontrak kerja. Kontrak kerja yang pertama dalam pembuatan film dewasa pemain akan ditawari kontrak bulanan dengan bayaran antara USD10.000 hingga USD100.000 (Rp146 juta-Rp1,46 miliar).
Kontrak selanjutnya adalah tawaran yang diberikan dalam setiap film yang akan digarap dengan kata lain adalah kontrak per syuting. Emiri mengaku dalam kontrak per syuting ini dirinya akan mendapatkan bayaran ebesar USD2.000 hingga USD6.000 (Rp29.2 juta hingga Rp87,6 juta) per syuting.
Proses produksi, ujarnya, bisa memakan waktu 12-23 jam setiap harinya. “Aku biasanya mengambil kontrak kedua dan bisa membintangi 28 judul film setiap bulan,” ujarnya. Jika mengacu pada hitung-hitungan yang diutarakan Okazaki di atas, maka dia bisa mengantongi USD168.000 atau Rp2,48 miliar dari membintangi puluhan film porno setiap bulannya.
Namun dibalik fantastisnya bayaran film porno tersebut, Emiri mengakui dampak buruk yang mendatanginya juga besar. Dimulai dari ibunya yang memutuskan komunikasi setelah mengetahui bahwa anaknya terjun dalam dunia esek-esek. Ditambah calon mertuanya yang terus berusaha untuk menjauhkan Emiri dengan kekasihnya.
Tak hanya itu, profesi tersebut juga kerap menyerang mentalnya. Tak jarang Okazaki menangis setelah syuting selesai. “Sulit bagiku untuk menjelaskannya. Namun profesi ini memberikan banyak emosi yang akan membuatku menangis,” ujarnya.
Lalu bagaimana Emiri Okazaki mengatasi rasa sedihnya tersebut? Perempuan 27 tahun itu mengaku, bersikap profesional adalah satu-satunya jalan. “Dalam kasusku, aku membayangkan bahwa yang ada di situ bukanlah diriku tapi seorang aktris yang memerankan lakonnya dalam sebuah film,” ungkapnya.
Dia menambahkan, “Itu cukup bisa membuatku tidak menangis selama proses syuting berlangsung. Namun ketika syuting selesai dan aku kembali ke rumah, tetap saja aku akan menangis. Tapi setidaknya, aku tak menangis di lokasi syuting.”
Emiri Okazaki mulai bekerja di industri film dewasa pada 2011, saat usianya masih 21 tahun. Alasannya melakoni profesi itu, karena dia menilai peluangnya menjadi artis terkenal sangat tipis.
“Aku memulai karier sebagai model ketika remaja. Tapi karierku tak bergerak ke mana-mana. Inilah yang membuatku banting setir jadi aktris film dewasa,” tuturnya.
Kini, Okazaki mengaku, telah berhenti sepenuhnya menjadi bintang film porno dan mulai menyeriusi bisnis kecantikan. Dia menjelaskan, rasa bersalah yang selalu menghinggapinya menjadi alasan untuk pensiun lebih cepat.
“Aku merasa bersalah kepada orangtuaku, meski aku tahu menjadi bintang film porno adalah pilihanku. Aku kerap khawatir dan stress melihat reaksi ibuku. Rasa itu jauh lebih besar dari keinginanku untuk bertahan di industri ini." (SIS)
Editor : Muhammad Andi Setiawan