TEHERANiNews.id - Setelah ditangkap polisi moral di Teheran seorang wanita muda Iran berada dalam keadaan koma dan sedang berjuang untuk hidupnya di rumah sakit. Alasan penangkapan karena wanita tersebut tidak mengenakan jilbab.
Polisi moral adalah sebutan untuk unit polisi yang khusus menegakkan aturan berpakaian bagi perempuan, termasuk wajib berjilbab.
Mahsa Amini (22) sedang berkunjung ke Ibu Kota Iran bersama keluarganya ketika dia ditangkap dan ditahan oleh unit polisi moral.
Kakaknya, Kiaresh, mengatakan kepada situs berita situs Iran Wire bahwa ketika dia sedang menunggu di luar kantor polisi agar adiknya dibebaskan, sebuah ambulans melaju dan membawa sang adik ke rumah sakit.
Dia diberitahu bahwa Amini mengalami serangan jantung dan kejang otak dan sekarang dalam keadaan koma. "Hanya ada dua jam antara penangkapannya dan dibawa ke rumah sakit," katanya.
Bersumpah untuk mengajukan tuntutan pidana, Kiaresh menambahkan: “Saya tidak akan rugi apa-apa. Saya tidak akan membiarkan ini berakhir tanpa membuat keributan.”
Sebuah pernyataan oleh polisi Teheran mengonfirmasi bahwa Amini ditahan untuk diberi penjelasan dan instruksi tentang aturan berpakaian, bersama dengan para wanita lain.
“Dia tiba-tiba mengalami masalah jantung saat ditemani orang-orang yang dipandu lainnya [dan]...segera dibawa ke rumah sakit dengan kerja sama polisi dan layanan darurat,” kata polisi Teheran, seperti dikutip Al Arabiya, Jumat (16/9/2022).
Belum diketahui apa yang terjadi antara kedatangannya di kantor polisi dan keberangkatannya ke rumah sakit. Saluran media sosial "1500tasvir", yang mencatat pelanggaran hak asasi manusia (HAM) oleh polisi Iran, mem-posting foto Amini di rumah sakit dengan tabung di mulutnya pada hari Kamis. “Memuakkan,” tulis aktris dan juru kampanye HAM Iran-Inggris Nazanin Boniadi di Twitter.
"Berapa banyak nyawa anak muda tak berdosa yang harus dirampok secara brutal sebelum kita semua bangkit?" Juru kampanye kebebasan berekspresi Iran Hossein Ronaghi menulis di media sosial: “Situasi Mahsa Amini adalah contoh kejahatan yang disengaja."
“Penindasan sistematis terhadap wanita Iran dengan dalih menegakkan jilbab oleh patroli pemandu dan kepolisian adalah kejahatan," ujarnya.
Insiden itu terjadi ketika kontroversi tumbuh--baik di dalam maupun di luar Iran--atas pelaksanaan gasht-e ershad atau patroli pemandu, yang memantau dan menegakkan aturan berpakaian di Iran. Jilbab telah menjadi busana wajib bagi wanita di Iran tak lama setelah revolusi 1979.
Beberapa wanita, didorong oleh juru kampanye HAM Masih Alinejad yang berbasis di Amerika Serikat, telah berusaha untuk memprotes aturan tersebut dengan melepas jilbab mereka di depan umum.
Pada pertengahan Juli, seorang wanita muda Iran, Sepideh Rashno, menghilang pada pertengahan Juli setelah terlibat perselisihan di bus Teheran dengan wanita lain yang menuduhnya melepas jilbab.
Dia ditahan oleh personel Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan muncul di televisi dalam apa yang menurut para aktivis adalah pengakuan paksa.
Dia dibebaskan dengan jaminan pada akhir Agustus setelah sekitar satu setengah bulan berada di balik jeruji besi.
Editor : Muhammad Andi Setiawan