Allah SWT menciptakan segala sesuatu tentu memiliki tujuan dan maksud tertentu, termasuk penciptaan manusia di dunia ini tentu ada tujuan-tujuan yang sangat mulia. Setidaknya, ada dua tujuan utama diciptakannya manusia di bumi ini yakni pertama: sebagai Abdullah (hamba Allah) dan kedua: khalifah (pemimpin, pemakmur dan perawat).
Tujuan yang pertama sebagai Abdullah (hamba Allah) ini disebutkan dalam Al-Qur’an surat Adz-Dzariyat ayat 56:
ومَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya : “Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
Di dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa: Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a.: melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Adz-Dzariyat: 56) maksudnya Yakni agar mereka mengakui kehambaan mereka kepada-Ku, baik dengan sukarela maupun terpaksa.
Sedangkan dalam tafsir al wajiz dijelaskan bahwa : Kami tidak menciptakan jin dan manusia kecuali kami perintahkan mereka untuk beribadah, yaitu merendah, tunduk dan menyerahkan diri kepada Allah SWT. Kemudian di dalam tafsir al misbah Prof. Dr. Quraish Syihab menyatakan bahwa Aku tidak menciptakan jin dan manusia untuk suatu manfaat yang kembali kepada-Ku, tetapi mereka Aku ciptakan untuk beribadah kepada-Ku. Dan ibadah itu sangat bermanfaat untuk mereka sendiri.
Dari penjelasan para ulama di atas terkait tugas utama manusia sebagai hamba Allah, maka dapat diambil suatu pelajaran penting yaitu, pertama: manusia itu diciptakan oleh Allah di muka bumi untuk beribadah hanya kepada-Nya bukan kepada selain-Nya. Kedua: mengakui akan eksistensi atau keberadaan dirinya sebagai seorang hamba yang tunduk dan menyerahakan diri sepenuhnya pada Allah. Ketiga: ibadah yang dikerjakan oleh hamba itu sangat bermanfaat kepada mereka sendiri bukan pada Allah.
Tujuan yang kedua manusia di dunia yakni sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi ini yang diabadikan di dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 30:
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Menurut Imam Al Baghowi dalam tafsir ma’limu tanzil, beliau menjelaskan bahwa maksud kholifah fil ard dalam ayat tersebut yaitu manusia diperintahkan untuk menunaikan dan melaksanakan perintah atau hukum Allah. Sedangkan menurut Imam Atthobari dalam tafsirnya menjelaskan bahwa menurut Ibnu Ishaq, maksud ayat inni ja’ilun fil ardhi kholifah yaitu manusia yang bertempat tinggal di bumi dan memakmurkan atau merawat bumi.
Maka dapat diambil hikmah bahwa tugas manusia sebagai kholifah di bumi itu untuk selalu menunaikan mejalankan perintah allah dan memakmurkan bumi beserta isinya dengan penuh keseimbangan, kemaslahatan dan kebermanfaatan, tidak melakukan kerusakan serta kedzaliman kepada seluruh penduduk bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya baik dari manusia, hewan, tumbuh-tumbah, benda-benda dan lain sebagianya.
Itulah dua misi utama diciptakannya manusia di dunia ini oleh Allah swt sebagai Abdullah (hamba allah) dan kholifah fil ard (pemimpin yang selalu memakmurkan dan merawat bumi). Mudah-mudahan kita semuanya selalu ingat dan dapat melaksanakan serta mengemban amanah dimanapun dan kapanpun berada, baik ketika sendiri maupun dengan orang banyak, baik ketika dalam keadaan mudah maupun keadaan sulit sehingga pada akhirnya kita benar-benar bisa menjadi manusia yang sesuai tujuan Allah ciptakan. Aamiin ya rabbal alamin.
Editor : Muhammad Andi Setiawan